Liputan6.com, New York - Harga minyak berjangka melonjak dalam tiga hari berturut-turut dengan naik lebih dari delapan persen. Hal itu lantaran revisi data produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan kesiapan negara produsen minyak (OPEC) dan produsen lainnya untuk membantu kenaikan harga terbesar dalam 25 tahun.
Harga minyak Brent naik US$ 4,1 atau 8,2 persen menjadi US$ 54,15 per barel dengan volume cenderung tipis. Sedangkan harga minyak mentah acuan Amerika Serikat menguat US$ 3,98 atau 8,8 persen ke level US$ 49,20 per barel.
Baca Juga
Harga minyak telah menguat 27,5 persen dalam tiga hari sejak Agustus 1990.Reli harga minyak tersebut dipicu dari revisi data pemerintah AS soal produksi dalam negeri lebih rendah pada semester I 2015 dari yang dilaporkan pada awalnya.
Advertisement
Sementara itu, laporan EIA menunjukkan kalau produksi minyak AS di bawah 9,3 juta barel per hari pada Juni. Jumlah itu turun 100 ribu barel per hari.S elain itu, dikabarkan kalau negara produsen minyak bersama produsen minyak lainnya akan diskusi untuk membatasi produksi. Akan tetapi memang belum ada pembicaraan lebih lanjut mengenai indikasi tersebut.
Harga minyak mentah AS telah menanjak lebih dari US$ 10 per barel dalam tiga hari, dan menghapus penurunan bulan ini. Para pelaku pasar mengambil keuntungan dalam jangka pendek mengingat harga minyak berada di rekor tertinggi yang terdekat pada minggu lalu.
"Keuntungan tajam selama tiga sesi terakhir perdagangan didorong dari teknikal, dan sedang mencari level rendah," tulis laporan Citi seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (1/9/2015). (Ahm/Igw)