Penguatan Dolar AS Belum Bikin Untung Perajin Mebel

Negara yang menjadi pasar bagi Indonesia seperti AS, negara kawasan Eropa, Korea dan Jepang tengah mengurangi permintaan.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Sep 2015, 10:28 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2015, 10:28 WIB
furnitur

Liputan6.com, Jakarta - Terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seharusnya membawa keuntungan tersendiri bagi industri mebel dan furnitur lokal, khususnya yang memiliki orientasi ekspor.

Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Taufik Gani mengatakan, dengan pelemahan ini, keuntungan industri mebel dan furnitur akan terdorong untuk meningkat.

"Kalau dampaknya untuk industri mebel itu luar biasa nyaman, kami bisa dapat selisih dolar banyak," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (16/9/2015).

Namun sayangnya, penguatan dolar ini terjadi bukan hanya kepada rupiah saja, tetapi juga terjadi pada mata uang negara lain. Hal ini membuat permintaan akan produk-produk mebel dan furnitur dari negara lain juga mengalami penurunan.

"Tetapi karena pelemahan rupiah ini global, tidak hanya rupiah saja yang melemah, itu yang membuat order berkurang. Kami berharap bisa kerjakan order sebanyak-banyaknya, tetapi negara tujuan mengurangi pesanan. Kalau bisa ekspor lebih banyak bisa dapat hasil yang banyak tetapi kalau negara tujuan tidak pesan barang kan susah. Jadi sama saja," jelas dia.

Menurut Gani, negara-negara yang selama ini menjadi pasar bagi Indonesia seperti AS, negara kawasan Eropa, Korea dan Jepang tengah mengurangi permintaan akan produk mebel dan furnitur.

"Misalnya Amerika ekonominya menguat, tetapi ordernya tidak banyak. Karena mebel dan furnitur ini kan barang sekunder, bukan primer. Selain Amerika, yang biasanya ordernya banyak itu Eropa, Korea dan Jepang. Kalau Eropa seperti jerman dan negara Eropa Timur seperti negara-negara pecahan Uni Soviet," kata dia.

Meski demikian, Gani menyatakan bahwa industri mebel dan furnitur dalam negeri masih berharap akan ada peningkatan permintaan pada sisa akhir tahun ini. Dengan demikian, pengutan dolar ini bisa membawa angin segar bagi pelaku usaha ditengah melambatnya pertumbuhan ekonomi.

"Sekarang belum ada tanda-tand peningkatan order, tapi mudah-mudahan bulan depan ada kenaikan. Tetapi kalau bulan depan rupiah menguat. Kami akan negosiasi harga baru," ungkapnya.

Salah satu caranya agar pembeli mau meningkatkan pesanannya, yaitu dengan memberikan diskon. Cara ini menurut Gani cukup ampuh untuk merangsang pembeli di luar negeri untuk menambah pesanannya.

"Kebanyakan industri yang mengerti kan kita biasanya mematok rupiah di kisaran Rp 9.000. Untuk menarik pesanan bisa dengan dikasih diskon. Itu tergantung industri masing-masing, mau atau tidak (berikan diskon)," tandasnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya