Revaluasi Aset dan Penghapusan Pajak Ganda Dongkrak Ekonomi RI

Menko Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli mengatakan revaluasi aset dan penghapusan pajak berganda pada REIT jadi langkah besar bagi ekonomi.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Okt 2015, 12:50 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2015, 12:50 WIB
20151007-Rizal Ramli bahas blok Masela-Jakarta
Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli memberikan pernyataan usai melakukan pertemuan dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas perkembangan Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai, paket kebijakan jilid ekonomi V yang memberikan insentif pajak untuk revaluasi aset dan penghapusan pajak berganda pada Real Estate Investment Trust (REIT) atau atas kontrak investasi kolektif memberikan dampak besar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena itu, dia yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6 persen pada 2016.

Rizal menuturkan, langkah kebijakan yang diambil itu merupakan langkah besar karena dapat mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Dengan fasilitas itu dan kemudahan pajak untuk melakukan revaluasi aset maka sangat besar dampaknya untuk perusahaan termasuk BUMN dan swasta.Ia mencontohkan, ketika 15 tahun lalu saat dirinya menjadi Menko Perekonomian di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Pada saat saya menjadi Menko Perekonomian, PLN itu, nyaris bangkrut pada 2000. Modalnya minus Rp 9 triliun, asetnya hanya Rp 50 triliun. Mereka minta suntikan modal dari negara, kami tidak bersedia, tapi minta revaluasi aset, kami perintahkan, hasilnya aset naik dari Rp 50 triliun menjadi empat kali yaitu Rp 200 triliun. Selisih dari revaluasi aset kami masukkan modal, PLN yang modalnya minus Rp 90 triliun nyaris bangkrut, naik modalnya Rp 104 triliun sehat kembali," jelas Rizal seperti dikutip dari situs Setkab, Jumat (23/10/2015).

Ia mengingatkan, saat dilakukan revaluasi aset dulu dikenakan pajak 30 persen sehingga kalau PLN diminta bayar mesti bayar pajak Rp 50 triliun. Karena itu diaturlah pembayaran pajaknya dicicil, sehingga dalam waktu tujuh tahun pemerintah dapat tambahan dari pajak sekitar Rp 50 triliun.

Pemerintah pun memberikan pengurangan tarif pajak 3 hingga 4 persen jika pengajuan revaluasi aset hingga 31 Desember 2015, dan enam persen sampai Desember 2016.

"Jika ini dilakukan oleh BUMN-BUMN, dan kalau mereka tidak lakukan, apa yah istilahnya rugi. Istilah sederhananya, karena aset mereka banyak sekali, aset historis seperti dikatakan Menteri Keuangan tadi Bulog, PT Kereta Api, dan Peruri," kata Rizal.

Rizal menilai, kalau dilakukan revaluasi aset, karena harga asetnya masih historis waktu pembelian 10-20 tahun lalu. Kalau dilakukan sekarang, asetnya akan meningkat berkali lipat.

"Ya bisa sampai enam kali ada yang sampai delapan kali, modalnya juga besar akan nambah besar, sehingga kapasitasnya untuk menarik modal, kebangkitan ekonomi Indonesia menjadi besar," kata Rizal.

Selain itu, bagi swasta, Rizal menilai manfaat revaluasi aset akan luar biasa. Bila tidak ambil inisiatif ini maka akan rugi sendiri."Kalau mereka lakukan, kalau pun swasta cukup sering melakukan revaluasi aset tapi dengan adanya paket insentif ini, maka swasta juga modalnya bagus, yang tadi ada masalah karena macam-macam, penurunan penjualan akibat dari rupiah yang anjlok itu modalnya akan lebih bagus," jelas Rizal.

Karena itu, Rizal menuturkan dengan dua langkah besar yang telah diambil dan jika dikerjakan secara maksimum maka siapa yang telat akan rugi, sesuai dengan free chargement Menteri Keuangan.

"Kami cukup yakin, tahun depan ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas enam persen. Pendapatan pajak juga bakal naik, karena mereka mesti bayar pajak ini," kata Rizal.

Ia memperkirakan para pengacara dan akuntan akan sibuk evaluasi kebijakan ini. Selain itu Rizal yakin langkah pemerintah itu dapat menggairahkan ekonomi Indonesia apalagi kalau para invesment banking melakukan road show ke luar negeri yang menyatakan ekonomi Indonesia akan bangkit. "Nanti setelah evaluasi minta BUMN untuk risk money. Pada saat itu, butuh banyak investment banker yang akan keliling dunia menjelaskan kalau ekonomi Indonesia sudah siap, dan bahwa ekonomi Indonesia akan lebih baik," kata Rizal. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya