Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan Jumat pekan ini. Rencana bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga pada Desember masih mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (6/11/2015), rupiah ditutup melemah 21 poin menjadi 13.564 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di level 13.543 per dolar AS. Pada Jumat pagi, rupiah sempat dibuka menguat tipis menjadi 13.542 per dolar AS.
Baca Juga
Sementara itu, Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah menguat 53 poin menjadi 13.550 per dolar AS dari perdagangan kemarin di posisi 13.603 per dolar AS.
Advertisement
Kepala Riset PT Monex Investindo Ariston Tjendra menuturkan masih ada sentimen bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga pada Desember 2015 masih membayangi pergerakan nilai tukar rupiah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,73 persen pada kuartal III 2015 di bawah harapan pasar menambah tekanan ke rupiah.
"Pada pekan depan, rupiah akan bergerak di kisaran 13.400-13.800 per dolar AS," kata Ariston saat dihubungi Liputan6.com.
Baca Juga
Mengutip Bloomberg, dampak pemotongan suku bunga acuan atau BI Rate juga masih tergantung dari Bank Indonesia menghadapi rupiah.
Nilai tukar rupiah telah kembali pulih dengan hanya susut 8,8 persen dari penurunan level terendah dalam 17 tahun. Bank sentral menggunakan operasi pasar uang untuk menggerakan Jakarta Interbank Offering Rate satu bulan ke level tertinggi dalam enam tahun. Padahal pada pekan lalu, BI membuka peluang menurunkan suku bunga dari level 7,5 persen.
"Tingkat suku bunga antar bank tinggi mencerminkan kepedulian Bank Indonesia kalau tidak ingin rupiah melemah terlalu besar. Ini sangat sulit bagi mereka.Jika suku bunga antar bank tinggi, maka pinjaman tetap ketat, dan memperlambat ekonomi. Ini mengurangi efektivitas penurunan suku bunga," ujar Rajeev De Mello, Kepala Riset Schroder Investment Management Ltd seperti dikutip dari laman Bloomberg.
Kepala treasury CIMG Group Holdings, Chu kok Wei mengatakan pemotongan suku bunga dapat terjadi jila level rupiah stabil dan lebih kuat dari 13.000 per dolar AS. "Dengan prioritas Bank Indonesia untuk mempertahankan rupiah, tidak mungkin suku bunga antar bank akan turun signifikan," kata Chu Kok Wei. (Ahm/Igw)