Petani Bonebol Beralih ke Nilam, Lebih Menguntungkan Dibanding Jagung

Sejumlah petani di Bone Bolango, Gorontalo, beralih dari menanam jagung ke tanaman nilam karena dinilai lebih menguntungkan dan minim perawatan. Nilam tumbuh subur dengan biaya panen rendah.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 05 Feb 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2025, 08:00 WIB
Tanaman Nilam
Tanaman Nilam yang kini menjadi komoditas andalan petani di Bone Bolango (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Gorontalo - Sejumlah petani di Kabupaten Bone Bolango mulai meninggalkan tanaman jagung yang selama ini menjadi andalan mereka.

Kini, tanaman nilam (Pogostemon cablin benth) menjadi pilihan baru petani yang dinilai lebih menguntungkan dan tidak membutuhkan perawatan maksimal.

Nasir, seorang petani yang sebelumnya mengandalkan jagung sebagai sumber pendapatan utama, mengungkapkan bahwa tanaman nilam mampu tumbuh di berbagai kondisi lahan asalkan tersedia sumber air.

“Nilam tidak pilih-pilih tempat. Yang penting ada air, pasti tumbuh dengan baik,” ujarnya.

Menurut Nasir, salah satu keunggulan tanaman nilam adalah tidak memerlukan perawatan intensif.

“Tidak perlu pupuk mahal, cukup menjaga agar tidak ada tanaman pengganggu di sekitarnya. Dengan cara ini nilam bisa tumbuh maksimal,” jelasnya.

Biaya panen yang lebih efisien juga menjadi alasan kuat bagi para petani beralih ke tanaman ini. Jika jagung membutuhkan banyak tenaga kerja dan perawatan ekstra, panen nilam hanya memerlukan dua orang saja.

“Setiap tiga bulan kami bisa panen hanya dengan memotong daunnya. Setelah itu, tanaman akan tumbuh lagi seperti semula,” kata Nasir.

Biaya Lebih Murah

Petani Nilam
Sejumlah petani di Kabupaten Bone Bolango mulai meninggalkan tanaman jagung (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)... Selengkapnya

Nasir bilang bahwa serangan hama serta tingginya biaya pupuk dan obat-obatan membuat penanaman jagung semakin tidak ekonomis. Oleh karena itu, ia dan banyak petani lain di Bone Bolango memilih beralih ke tanaman nilam yang lebih menjanjikan.

Selain itu, tanaman nilam menawarkan fleksibilitas dalam penjualan. Hasil panen dapat dijual langsung dalam kondisi basah atau diolah lebih lanjut menjadi minyak atsiri yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

“Kami biasanya menjual dalam kondisi basah karena hasilnya langsung terasa. Pengepul yang kemudian akan menyuling daunnya menjadi minyak,” tambahnya.

Langkah para petani Bone Bolango ini mencerminkan perubahan strategi pertanian yang adaptif terhadap tantangan ekonomi dan lingkungan.

Dengan meningkatnya permintaan minyak atsiri, tanaman nilam diprediksi akan semakin menjadi komoditas unggulan di wilayah Bone Bolango.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya