Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberhentikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar dari jabatannya karena status kewarganegaraan. Padahal, Arcandra baru 20 hari menggantikan posisi Sudirman Said.
"Menyikapi pertanyaan-pertanyaan publik terkait dengan status kewarganegaraan Menteri ESDM saudara Arcandra Tahar. Dan setelah memperoleh informasi dari berbagai sumber, Presiden memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat saudara Arcandra Tahar dari posisinya sebagai Menteri ESDM," kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno, di Istana Negara, Senin (15/8/2016).
Baca Juga
Karena posisi yang dipangkunya hanya seumur jagung, sepak terjang Arcandra hanya sedikit. Namun yang paling mencolok selama dipimpin Candra, Kementerian ESDM telah memberikan rekomendasi perpanjangan ‎persetujuan ekspor konsentrat tembaga ke PT Freeport Indonesia.
Advertisement
Direktur Jenderal Mineral Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan, ‎rekomendasi perpanjangan persetujuan ekspor konsentrat Freeport diperpanjang hingga 11 Januari 2017, setelah izin ekspor konsentrat habis pada 8 Agustus 2016.
"Rekomendasi diperpanjang 11 Januari 2017, sekitar Lima bulan," kata Bambang pada pekan lalu.
Bambang mengungkapkan, dalam rekomendasi tersebut Freeport memperoleh kuota ekspor konsentrat tembaga sebanyak ‎1,4 juta ton, sesuai dengan yang diusulkan perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut.
Menurut Bambang, untuk mengekspor konsentrat tembaga, Freeport masih dikenakan bea keluar 5 persen dari nilai volume konsentrat yang diekspor. Hal tersebut disebabkan kemajuan pembangunan smelter di Gresik Jawa Timur tidak menunjukkan banyak kemajuan dari enam bulan lalu, yaitu masih berada pada kisaran 14 persen.
Fokus ke Blok Masela
Selain menyetujui perpanjangan persetujuan ekspor konsentrat Freeport, masalah Blok Masela juga menjadi fokus dari Arcandra. Pada minggu pertama menjadi Menteri, dia memanggil pemimpin perusahaan yang melakukan kegiatan pencarian migas di Indonesia, di antaranya PT Pertamina (Persero), Inpex Corporation, PT Total E&P Indonesia, dan Exxon Mobil.
Dia ingin operator Blok yang terletak di Maluku tersebut bisa menyelesaikan pengembangan sesuai dengan rencana awal. Dia menargetkan keputusan akhir investasi (Final Investment Development/F‎ID) pengembangan lapangan abadi, Blok Masela bisa selesai pada 2018.
Selain FID, Candra yakin ‎pengerjaan desain rinci (front end engineering design/FEED) setelah diputuskan pembangunan kilang dilakukan di darat dapat selesai dalam waktu dua tahun.
Tak hanya itu, Arcandra Tahar juga memberi perhatian khusu‎s pada pengembangan migas di laut dalam atau Indonesian Deepwater Development (IDD) ‎dan Blok East Natuna sesuai dengan arahan Presiden Jokowi. (Pew/Ndw)