Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis realisasi belanja pemerintah pada 2016 bakal sesuai dengan target atau setidaknya mendekati dari target yang telah ditetapkan. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar kementerian dan lembaga telah melelang proyek lebih awal.
Sri Mulyani menjelaskan, dari pengalaman sebelumnya belanja pemerintah tidak bakal terealisasi seluruhnya. Secara historis, 5 persen dari anggaran pemerintah biasanya tak digunakan.
"Biasanya pada akhir tahun tidak mencapai 100 persen karena selalu ada saja, karena mereka mampu untuk melakukan bidding proses sehingga harganya rendah atau perubahan dari sisi belanja. Jadi secara historis APBN itu 5 persen dari belanja yang dialokasikan itu tidak terpakai," kata dia di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Selasa (8/11/2016).
Advertisement
Namun Sri Mulyani yakin bahwa penyerapan anggaran pada tahun ini akan lebih besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu beralasan mengingat Presiden Jokowi meminta supaya persiapan untuk belanja pemerintah dilakukan sejak awal.
"Presiden minta banyak sekali aturan dan persiapan untuk pelaksanaan APBN dimajukan dan ada tim monitoring belanja yaitu Tepra," jelas Sri Mulyani.
Baca Juga
Memang, belanja pemerintah pada kuartal III 2016 menurun karena dampak dari pemangkasan anggaran. Tapi, Sri Mulyani bilang pada akhir tahun belanja pemerintah akan membaik. Sri memperkirakan, belanja pemerintah yang tidak terpakai diperkirakan 2 persen. "Jadi yang biasanya tidak terbelanjakan 5 persen itu bisa menurun jadi 2 persen," tandas dia.
Sebelumnya, Sri Mulyani juga mengatakan belanja pemerintah akan semakin cepat pada kuartal IV 2016. Melesatnya belanja pemerintah juga akan mendorong investasi di dalam negeri.
"Kuartal keempat faktor pemerintah akan lebih positif karena akselerasi belanja akhir tahun. Seperti biasa kuartal IV, kita rapim Kemenkeu minggu lalu melihat tren belanja akhir tahun sampai 95 persen, dari target revisi tampaknya akan dilewati. Jadi menjadi faktor positif baik dari konsumsi maupun pembentukan modal tetap bruto (PMTB) investasi secara total," kata dia.
Porsi investasi juga akan meningkat pada kuartal IV. Terlebih, peringkat kemudahan bisnis alami kenaikan di Indonesia. "Itu bisa memposisikan Indonesia suatu negara pasar besar, potensi banyak, dan komitmen reform dari pemerintah sangat kuat. Bisa memicu confidence dari sisi investasi baik PMA, PMDN maupun confidence sumber pasar modal, perbankan," ujar dia.
Namun begitu, dia mengaku kinerja ekspor impor menjadi tantangan yang besar bagi Indonesia. Sri Mulyani berharap tekanan dari ekspor impor tidak terlalu signifikan.
"Ekspor impor kita harap kontraksinya tidak sedalam kuartal ini memang seperti saya sampaikan berkali-kali, global environment masih akan sangat lemah atau menantang kita tidak mengharapkan perubahan melonjak," ujar dia. (Amd/Gdn)