Sentuh Rp 150 Ribu/Kg, Pemerintah Diminta Stabilkan Harga Cabai

Pasokan cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati berkurang karena cuaca hujan yang melanda daerah-daerah sentra produksi cabai.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Jan 2017, 13:14 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2017, 13:14 WIB
20151124-Awal Pekan, Harga Cabai Melambung Naik-Jakarta
Pedagang tengah menata cabai dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (24/11). Harga cabai merah keriting kini dipatok Rp 25 ribu per kg, sementara cabai merah rawit dipatok Rp 28 ribu per kg. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Harga cabai rawit merah terus naik di pasar tradisional, salah satunya di Pasar Grogol, Jakarta Barat. Harga cabai rawit merah dijual seharga Rp 150 ribu per kilogram (kg) akibat kurangnya pasokan komoditas strategis ini.

Pedagang di Pasar Grogol, Sri Suwanti (65) mengungkapkan, harga cabai rawit merah sudah tiga hari berada di kisaran Rp 140 ribu-Rp 150 ribu per kg. Sebelumnya, harga bahan pangan tersebut masih Rp 90 ribu per kg.

"Saat tahu harga cabai di Samarinda sampai Rp 250 ribu per kg, saya khawatir di Jakarta juga segitu. Tapi ternyata pas belanja di Pasar Induk Kramat Jati, harga masih standar. Dari sana saya beli Rp 120 ribu dan saya jual Rp 140 ribu-Rp 150 ribu karena memperhitungkan risiko busuk, susut, dan biaya lainnya," katanya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (6/1/2017).

Sementara untuk harga cabai rawit hijau, cabai keriting hijau, cabai hijau besar, dan cabai merah masih stabil. Masing-masing dijual seharga Rp 60 ribu, Rp 30 ribu, Rp 30 ribu, dan Rp 50 ribu-Rp 60 ribu per kg. Sedangkan cabai keriting merah mulai naik dari Rp 40 ribu menjadi Rp 60 ribu per kg pada hari ini.

‎Menurut Sri yang sudah berjualan 46 tahun itu, pasokan cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati berkurang karena cuaca hujan yang melanda daerah-daerah sentra produksi cabai, diantaranya Madiun, Kediri, dan lainnya.

"Tapi saya perhatikan sejak bos besar cabai di Pasar Induk meninggal, pasokan cabai jadi kacau. Dia bandar besarnya, punya cabang di mana-mana di Cikampek, dan pasar daerah lainnya. Sekarang sudah 10 hari kepergiannya, nah itu pasokan terguncang. Memang waktunya bersamaan pas stok lagi kurang," Sri menceritakan.

Dia mengaku, jika stok cabai sudah benar-benar kosong, biasanya mulai datang cabai dari Manado. Bentuknya kecil mungil, panjang, tapi rasanya lebih pedas. Sambal hasil dari cabai Manado juga kental.

"Cabai Manado lebih murah sih, biasanya kalau datang ke Jakarta naik pesawat. Kalau naik truk kan kelamaan bisa berhari-hari dan risikonya busuk" dia menjelaskan.

Sejak harga cabai terus meroket, Sri mengaku, penjualannya merosot tajam mencapai 50 persen. "Omzet dari biasanya Rp 5 juta jadi Rp 2,5 juta atau Rp 2 juta per hari.‎ Karena masyarakat biasanya beli cabai 1 kg, 2 kg, kini mengurangi pembelian ‎karena harga cabai sekarang  sudah mencekik, kan ini baru pertama kali harga sebesar itu," tutur dia.

Sementara itu, Pedagang lain di Pasar Grogol, Nardi‎ (41) mengaku menjual cabai dikisaran harga Rp 130 ribu per kg. Harga itu naik dari sebelumnya Rp 90 ribu.

"Di Jabodetabek, harga cabai masih berkisar Rp 130 ribu-Rp 150 ribu per kg akibat pasokan kuran karena cuaca. Pada gagal panen, di kampung kan hujan terus," dia menjelaskan.

Dia pun mengungkapkan, pasokan cabai berkurang di Pasar Induk Kramat Jati karena ada bandar besar cabai yang meninggal dunia sehingga pasokan sedikit terganggu. "Iya sih itu juga pengaruh. Tapi lebih banyak karena faktor cuaca makanya stok cabai menipis," kata Nardi.

Nardi dan Sri sama-sama berharap, pemerintah segera turun tangan‎ mengendalikan harga cabai yang semakin menggila. Salah satunya memperhatikan para petani, memberikan bantuan supaya gairah menanam tetap ada.

"Turun tanganlah bantu petani tuh karena harga cabai naik tinggi, petani tetap saja apes. Mereka tidak menikmatinya, panen sedikit buat nutup biaya produksi saja empot-empotan," harap Nardi.(fik/Nrm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya