Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. Dalam jangka menengah ruang penguatan rupiah masih terbuka lebar./
Mengutip Bloomberg, Selasa (18/4/2017) rupiah dibuka di angka 13.288 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang ada di angka 13.286 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.286 per dolar AS hingga 13.317 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 1,28 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.299 per dolar AS, melemah jika dibanidngkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.255 per dolar AS.
Baca Juga
Dolar AS memang mampu menguat kembali di kawasan Asia pada perdagangan Selasa pekan ini karena komentar dari Menteri keuangan AS Steven Mnuchin yang menyatakan bahwa imbal hasil surat utang yang tinggi akan memberikan kekuatan kepada dolar AS.
Mnuchin menjelaskan, secara jangka pendek penguatan dolar AS memang membebani ekspor, tetapi secara jangka panjang penguatan dolar AS justru membuat ekonomi Negeri Paman Sam tersebut semakin kokoh.
Namun, gerak dolar AS di Asia juga masih dibayangi dengan hasil dialog ekonomi antara Wakil Presiden AS dengan Wakil Perdana Menteri Jepang. Kedua pejabat tersebut akan bertemu untuk membahas masalah perdagangan.
"Kebijakan perdagangan kedua belah pihak akan sangat menentukan gerak dolar AS ke depannya. Sebelumnya Presiden AS Donald Trump berencana untuk melemahkan dolar AS," jelas Analis Valuta Asing Senior IG Securities Junichi Ishikawa seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, dolar AS juga masih dibayang-bayangi akan kekhawatiran konflik geopolitik di Semenanjung Korea terkait provokasi yang terus dilakukan oleh Korea Utara.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah yang sempat menguat di pembukaan akhirnya melemah di penutupan Senin kemarin walaupun mayoritas kurs di Asia menguat terhadap dolar AS.
"Surplus dagang yang konsisten tinggi gagal menopang rupiah yang saat ini pergerakannya lebih didominasi ketidakpastian menjelang pilkada Jakarta yang dijadwalkan Rabu besok," jelas dia.
Dalam jangka menengah ruang penguatan rupiah terbuka walaupun akan cenderung lemah di jangka pendek. (Gdn/Nrm)