Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi di minggu keempat April sebesar 0,08 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, apabila dihitung year on year (yoy), maka inflasi dapat mencapai angka 4,17 persen.
"Yang minggu keempat berdasarkan survei ada di 0,08 persen. Sejalan dengan target yang diinginkan untuk menjaga 4 plus minus 1 persen pada akhir tahun nantinya," kata Agus di Gedung Bank Indonesia, Jumat (28/4/2017).
Advertisement
Baca Juga
Agus menjelaskan, kondisi perekonomian global masih cukup kondusif. Beberapa kekhawatiran yang sempat ditakutkan juga ternyata tidak berefek besar.
"Kalau secara umum kondisi global cukup kondusif. Kemarin itu yang cukup membuat kondisinya baik adalah ketika risiko geopolitik di Eropa bisa lebih rendah ya. Itu kelihatan dari hasil pemilihan umum di Prancis. Semua mengarah kepada tidak adanya kemungkinan Prancis keluar dari Uni Eropa," ujar dia.
Lebih lanjut Agus mengatakan, dana yang masuk ke Indonesia dinilai masih dalam jumlah besar. Nilai tukar rupiah pada 2017 mengalami apresiasi senilai 1,5 persen.
"Saya melihat bahwa masuknya dana dari luar ke Indonesia masih cukup bagus sampai dengan 21 April kemarin. Dana yang masuk Rp 96 triliun. Kalau kami bandingkan dengan tahun lalu itu cuma 76 triliun. Jadi masuknya dana itu cukup besar," tutur Agus.
"Nilai tukar kita cenderung apresiasi ya, di 2017. 2016 ada apresiasi 2,3 persen. Yang sekarang juga di kisaran 1,5 persen," ucap dia.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi pada Maret 2017 sebesar 0,02 persen. Inflasi tahun kalender sebesar 1,19 persen dan tahun ke tahun mencapai 3,61 persen.
Bila dibandingkan pada bulan yang sama di tahun sebelumnya, Indonesia tercatat mengalami inflasi. Pada Maret 2016, inflasi tercatat sebesar 0,19 persen dan Maret 2015 sebesar 0,17 persen.
"Deflasi Maret 2017 sebesar 0,02 persen. Ini agak di luar dugaan. BI menduga dan ekonom memperkirakan inflasi rendah," jelas Kepala BPS Suhariyanto pada Senin, 3 April 2017.
Â
Â
Â