Menteri Jonan Tidak Ingin Industri Migas Seperti Era Kolonial

Jika sektor migas masih memberlakukan sistem seperti zaman kolonial, maka akan menciptakan konflik sosial di tengah masyarakat.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Mei 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2017, 17:00 WIB
Ignasius Jonan
Ignasius Jonan berbagi pengalaman tentang lika liku selama menjabat sebagai orang nomor satu di Kementerian ESDM.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengarahkan industri minyak dan gas bumi (migas) tidak seperti zaman kolonial. Kala itu, industri migas terlihat menjaga jarak dengan masyarakat sekitar yang dapat menciptakan konflik sosial.

Sebaliknya, Jonan mengatakan, industri migas harus menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitar kegiatan usaha.

"Industri hulu migas dibangun sejak zaman kolonial, dibangun tembok tinggi-tinggi, seperti di Arun (Aceh) di dalam air untuk mencuci kendaraan tapi di luar masyarakat sulit mendapatkan air," kata dia saat meresmikan pengoperasian Sumpal Compression Project, di Sumatera Selatan, Minggu (21/5/2017).

Menurut Jonan, jika sektor migas masih memberlakukan sistem seperti zaman kolonial, maka akan menciptakan konflik sosial di tengah masyarakat. Kondisi ini yang dinilai tak boleh terjadi.

"Ini tidak boleh terjadi, suatu saat akan ribut sama komunitas," tegas dia.

Jonan pun mengapresiasi langkah ConocoPhilips yang melibatkan masyarakat sekitar  dalam membangun dan menjalankan fasilitas Sumpal Compression Project di lapangan gas Sumpal Sumatera Selatan.

Proyek tersebut menggunakan kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan seribu pekerja lokal. "Saya mendorong interaksi, kegiatan usaha mengutamakan lingkungan sekitar sini sangat baik. Kalau tidak, tidak bisa," ungkap Jonan.

Pembangunan fasilitas pendorong  produksi gas tersebut selesai lebih cepat tiga bulan dari jadwal. Proyek ini dimulai 23 Maret 2015 dan selesai pada April 2017. Sedangkan berdasarkan rencana awal beroperasi pada Juli 2017.

Dana proyek tersebut juga lebih murah 25 persen dari yang dianggarkan. Awalnya proyek tersebut diperkirakan memakan biaya sebesar US$ 222,9 juta dan turun menjadi US$ 163,6 juta.

Proyek tersebut meningkatkan produksi gas lapangan Sumpal dari 265 mmscfd menjadi 310 mmscfd.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya