Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah meraih rating investment grade dari tiga lembaga pemeringkat dunia, yakni Standard & Poor's (S&P), Fitch, dan Moody's. Dengan peringkat tersebut, Indonesia berpotensi menarik dana masuk hingga US$ 700 miliar atau Rp 9.310 triliun (asumsi kurs Rp 13.300 per dolar AS) yang dikelola perbankan asing sampai manajer investasi multinasional.
Hal ini disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat Rapat Kerja Pemerintah dan Banggar terkait Kerangka Ekonomi Makro (KEM) 2018 di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/6/2017).
Baca Juga
"Dengan investment grade, banyak perbankan internasional yang menawarkan pembiayaan Indonesia yang kreatif. Kita bahkan bisa mengakses US$ 700 miliar investment fund yang selama ini tidak bisa masuk ke Indonesia karena kita belum investment grade," ia menerangkan.
Advertisement
Apabila Indonesia mampu menarik dana-dana investasi ini masuk, kata Sri Mulyani, pemerintah akan punya suplai pembiayaan lebih banyak sehingga dapat bersaing dari sisi pembiayaan karena biayanya makin rendah.
"Nanti kita akan lihat untuk mengoneksikan estimasi US$ 700 miliar dana tersebut, apakah minat di surat utang, pendanaan infrastruktur, atau nanti kita akan kembangkan," ia mengatakan.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo menilai, Indonesia punya peluang menambah investasi dari dua tempat, yakni investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI), dan portofolio investasi di surat utang pemerintah atau lainnya.
"Yang investasi portofolio itu langsung dari asset management company atau asset manager yang dikelola bank-bank besar skala multinasional, seperti JP Morgan, dan lainnya. Begitu Indonesia dapat investment grade, porsi portofolio mereka akan membesar, misalnya da yang dari 6 persen menjadi 8 persen, jadi mereka bisa menempatkan dana lebih besar ke Indonesia," jelasnya.
Dana masuk, kata Agus, juga bisa melalui manajemen aset yang mengurangi porsi portofolionya di negara-negara, seperti Brasil yang terkoreksi rating-nya. Kemudian dana tersebut dipindahkan ke Indonesia.
"Juga dari manajer portofolio yang ada di Jepang karena mereka mensyaratkan investasi apabila sebuah negara mengantongi investment grade dari tiga lembaga keuangan. Jadi mereka berpotensi memperbesar porsi portofolionya ke Indonesia," tukas Mantan Menteri Keuangan itu.