Pertamina Siap Jadi Pemegang Saham Minoritas dalam Proyek Kilang

Pertamina tidak mempermasalahkan porsi saham dalam fasilitas pengelolaan minyak kecil, asalkan menurunkan biaya investasi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Jun 2017, 20:34 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2017, 20:34 WIB
Pertamina tidak mempermasalahkan porsi saham dalam fasilitas pengelolaan minyak kecil, asalkan menurunkan biaya investasi.
Pertamina tidak mempermasalahkan porsi saham dalam fasilitas pengelolaan minyak kecil, asalkan menurunkan biaya investasi.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) siap memiliki porsi lebih kecil‎ dalam pembangunan fasilitas pengelolaan minyak (kilang).  Langkah tersebut untuk mengurangi investasi perseroan pada pembangunan infrastruktur minyak bumi dan gas (migas).

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, Pertamina tidak mempermasalahkan porsi saham dalam fasilitas pengelolaan minyak kecil, asalkan menurunkan investasi perseroan dalam pembangunan kilang.

"Kalau bicara komposisi saham, kami tidak masalah," kata Elia, di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang, Jakarta, Rabu (14/6/2017).

Elia mengungkapkan, Pertamina telah menjadi pemilik saham minoritas dalam pembangunan kilang baru, seperti kilang New Grasss Root Refinery (NGRR) Tuban dengan perusahaan Rusia Rosneft dan Cilacap dengan dengan Saudi Aramco, masing-masing perusahaan tersebut memiliki porsi 55 persen.

"Kan selama ini kita sudah commited seperti itu, kalaupun nanti ada perkembangan harus dibicarakan kedua belah pihak," jelas  Elia.

Sebelumnya,Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan Indonesia memerlukan 2-3 kilang baru untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam 10 tahun ke depan.

“Bapak Presiden minta, dengan waktu yang sesegera mungkin refinery di dalam negeri harus bisa melayani kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Jadi kita belum masuk ke strategic reserve, inikan masih operational reserve dan Presiden mengharapkan kalau kebutuhannya sekarang itu kira-kira 1,65 juta barel per hari maka refinery tank harus dibangun 2 juta barel per hari,” ujar Igansius Jonan beberapa waktu lalu ketika berada di Kilang Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

Arahan Bapak Presiden itu, menurut Jonan penting sekali diwujudkan untuk menjaga ketahanan energi nasional dan setelah terwujud barulah melangkah kepada strategic reserve.

“Kalau kita mau cadangan 30 hari atau 60 hari sebaiknya dalam bentuk BBM (fuel) jangan dalam bentuk crude meski dibanyak negara seperti Amerika itu cadangannya mix jadi ada crude dan ada fuel tapi kapasitasnya besar sekali refinery-nya di Amerika itu melebihi penggunaan konsumsi didalam negeri.” tambah Jonan.

“Mudah-mudahan nanti setelah 2 juta strategic reserve-nya bisa crude,” harap Jonan

Pertamina selaku BUMN yang ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional memproyeksikan dalam 10 tahun ke depan permintaan Premium menembus angka 77 juta KL, sedangkan Solar 54 juta KL.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya