Efek Mudik dan Lebaran Untungkan Sektor Usaha Ini

Tradisi mudik berdampak terhadap ekonomi daerah lantaran uang berputar dari kota besar ke daerah.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Jun 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2017, 08:00 WIB
20160628-H-8 Lebaran, Suasana Mudik Mulai Terasa di Stasiun Gambir-Jakarta
Suasana arus mudik sejumlah calon penumpang kereta api di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (28/6). Memasuki H-8 Idul Fitri, warga mengaku sengaja mudik Lebaran lebih awal guna memanfaatkan libur panjang sekolah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Mudik sudah menjadi tradisi saat Lebaran. Tradisi ini berdampak untuk ekonomi Indonesia lantaran menggerakkan ekonomi di daerah.

Kegiatan mudik menjadi ajang untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Tradisi mudik ini bukan terjadi saat Lebaran di Indonesia tetapi juga negara lain, salah satunya China.

Saat perayaan tahun baru China atau disebut Imlek, berduyun-duyun masyarakat China di kota besar akan kembali ke kampung halaman.

Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) memprediksi pergerakan 33 juta pemudik pada musim mudik Lebaran 2017. Pergerakan pemudik sebagian besar terjadi di Jawa.

Direktur IDEAS Yusuf Wibisono menuturkan, dari riset IDEAS tentang pola migrasi dan pertumbuhan 20 wilayah aglomerasi di seluruh Indonesia, diproyeksikan terdapat potensi 33 juta pemudik pada 2017.

"Potensi pemudik 2017 sebesar 33 juta orang ini tersebar di 20 wilayah aglomerasi di seluruh Indonesia," ujar dia.

Dia menjelaskan, secara geografis, mudik adalah fenomena yang mayoritas terjadi di Pulau Jawa. Pasalnya, potensi daerah asal pemudik terbesar dari Jawa, sekitar 68 persen dari total pemudik. Selain itu, potensi daerah tujuan pemudik terbesar juga menuju ke Jawa, sekitar 65 persen dari total pemudik.

Ekonom BCA David Sumual menuturkan, tradisi mudik baik di Indonesia dan negara lain memiliki dampak sama untuk menggerakkan sejumlah sektor industri. Tradisi mudik berdampak positif untuk sektor transportasi, konsumsi, dan jasa. Akan tetapi, ada juga sektor usaha kurang bergairah saat Lebaran.

"Dampak negatifnya ke sektor manufaktur dan pertanian, lantaran rata-rata dua minggu libur merayakan Lebaran. Rata-rata orang pulang kampung libur, dan menghabiskan waktu di kampung," ujar David saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (28/6/2017).

David menambahkan, tradisi mudik yang bersifat musiman ini akan berdampak ke ekonomi daerah di Indonesia. Ia perkirakan, uang beredar akan mencapai Rp 70 triliun mengalir ke daerah. Ini akan mendorong inflasi terdiskon di kota besar.

"Mudik meningkatkan ekonomi ke daerah. Masyarakat pulang kampung ke halaman. Mereka akan belanja di sana, pergi wisata, makan," kata dia.

Meski demikian, David menyoroti dampak usai Lebaran, yaitu urbanisasi. Ini lantaran kadang pemudik juga membawa saudara ke kota. Mereka biasanya mencoba mengadu keberuntungan di kota. Oleh karena itu, David mengingatkan agar pemerintah juga membangun infrastruktur di daerah. Pembangunan infrastruktur diharapkan terus berlangsung, dan bukan hanya untuk menghadapi mudik saja.

"Jangan sampai masyarakat desa itu mudik ke kota. Pembangunan perlu dilakukan mulai dari pinggiran dan daerah. Kembangkan kawasan industri sehingga pembangunan di daerah tidak tertinggal," ujar dia.

David menuturkan, pembangunan infrastruktur perlu merata dilakukan di Indonesia agar tidak terpusat di kota-kota besar saja. Di daerah juga butuh pembangunan infrastruktur sehingga ekonomi secara menyeluruh bergerak merata. Selain itu mendorong ekonomi Indonesia tidak hanya mengandalkan konsumsi, tetapi perlu meningkatkan investasi.

"Ekonomi bukan hanya konsumsi saja. Tetapi juga investasi. Oleh karena itu pemerintah mesti konsisten membangun sektor yang produktif," tutur David.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya