Sinyal Kenaikan Suku Bunga AS Melemah, Harga Emas Melambung

Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember berakhir di US$ 1,351.2 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Sep 2017, 07:12 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2017, 07:12 WIB
20161024-Menengok Proses Pembuatan Emas Batangan di Rusia-Rusia
Pekerja menggunakan mesin untuk memberikan nomor seri pada emas batangan di pabrik logam mulia Krastsvetmet, Rusia, 24 Oktober 2016. Krastsvetmet merupakan salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia (Reuters/Ilya Naymushin)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas bertahan dekati level tertinggi dalam satu tahun pada perdagangan Jumat. Penyebab melambungnya harga emas ini karena pelemahan dolar AS dan pelemahan data AS yang menjegal ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) pada Desember nanti.

Mengutip Reuters, Sabtu (9/9/2017), harga emas emas di pasar spot turun 0,1 persen ke level US$ 1.347,8 per ounce pada perdagangan sore, setelah pada pagi haru sempat mencapai level US$ 1.357,54 per ounce yang merupakan level tertinggi sejak Agustus 2016. Angka tersebut naik 1,7 persen minggu ini, mencatat kenaikan mingguan ketiga berturut-turut.

Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember berakhir di US$ 1,351.2 per ounce.

Pelemahan dolar AS membuat harga emas lebih murah bagi mereka yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang di luar dolar AS. Penurunan imbal hasil obligasi juga membuat emas lebih menarik sehingga pelaku pasar memborongnya.

Analis Julius Baer, Carsten Menke, mengatakan pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi ini karena adanya keyakinan bahwa kenaikan suku bunga AS akan tertunda. Rencananya, Bank Sentral AS akan diprediksikan akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali dalam satu tahun ini. Di awal tahun, tengah dan akhir.

Namun Gubernur Bank Sentral AS New York William Dudley dalam pidatonya pada Kamis tidak memberikan petunjuk mengenai rencana kenaikan suku bunga pada Desember nanti.

Selain itu, kenaikan harga emas juga karena investor sedang mengincar instrumen safe haven setelah adanya ketegangan geopolitik di Korea Utara. Saat ini Korea Selatan bersiap menghadapi kemungkinan uji coba rudal lebih lanjut oleh Korea Utara pada Sabtu waktu setempat.

Sayangnya, harga emas yang melambung justru menurunkan permintaan emas di kawasan Asia terutama di China. "Ini menjadi bulan kesepuluh dimana Bank Sentral China tidak meningkatkan cadangan emasnya," tilis Commerzbank dalam catatan kepada kliennya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Perdagangan sebelumnya

Harga emas menguat pada perdagangan Kamis menyusul pelemahan mata uang dolar AS. Harga emas pada Kamis naik dan menandakan penutupan tertinggi selama setahun menyusul mata uang euro menguat terhadap dolar AS.

Itu semua merupakan imbas dari pertemuan para petinggi Bank Sentral Eropa. Bank Sentral Eropa berencana untuk kembali meluncurkan program stimulus fiskal mereka.

Pada perdagangan kamis, harga emas untuk kontrak Desember naik US$ 11,30 per ounce atau 0,8 persen untuk menetap di level US$ 1.350,3 per ounce. Sebelumnya turun 0,4 persen pada hari sebelumnya.

Harga ini adalah yang tertinggi sejak 6 September 2016 lalu, untuk kontrak yang paling aktif, menurut FactSet Data. Sementara saham SPDR Gold naik 0,9 persen.

Euro menguat terhadap dolar menyusul keputusan dari Bank Sentral Eropa untuk tidak mengubah suku bunganya. Pada konferensi persnya, Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengindikasikan stimulus akan dilakukan pada Oktober.

"Draghi enggan untuk menguraikan bulan, tanggal dan kecepatan proses program itu," kata Naeem Aslam, analis pasar utama di ThinkMarkets.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya