PLN Bakal Bangun Interkoneksi Jaringan Listrik di Kalimantan

PLN sedang membangun infrastruktur listrik Kalimantan Utara agar terkoneksi dengan Sistem Mahakam.

oleh Abelda RN diperbarui 04 Okt 2017, 10:59 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2017, 10:59 WIB
(Foto: Liputan6.com/Abelda Gunawan)
Sumber daya alam batu bara yang menjadi bahan bakar pembangkit listrik di Kaltim

Liputan6.com, Balikpapan - PT PLN (Persero) berencana membangun interkoneksi jaringan listrik di seluruh provinsi Kalimantan. Interkoneksi dinamakan sistem khatulistiwa ini guna mengatasi keterbatasan daya listrik mengaliri seluruh area di Kalimantan.

"Kami akan interkoneksikan seluruh area listrik di Kalimantan," kata Manager Umum PT PLN Kalimantan Timur dan Utara, Riza Novianto Gustam, Rabu (4/10/2017).

PLN akan menyambungkan dua sistem utama Kalimantan, yakni Sistem Mahakam dan Sistem Barito menjadi jaringan interkoneksi. Sistem Mahakam sendiri meliputi area Kaltim hingga Kaltara, sedangkan Sistiem Barito mencakup area Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Tengah (Kalteng).

"Ada empat provinsi nantinya yang akan terkoneksi dari dua sistem interkoneksi listrik. Hanya Kalbar yang punya sistem listrik sendiri mengingat lokasinya jauh dari Kalteng," ujar dia.

Saat ini, Riza mengatakan, PLN dalam proses pembangunan infrastruktur listrik Kalimantan Utara (Kaltara) agar terkoneksi dengan Sistem Mahakam. Interkoneksi lewat pembangunan infrastruktur jaringan listrik menghubungkan dua kota terpisah, yaitu Tanjung Redeb Berau (Kaltim) dan Tanjung Selor Bulungan (Kaltara).

Dalam prosesnya, Sistem Mahakam akan punya kapasitas sumber daya listrik sebesar 760 MW penggabungan dua provinsi Kaltim dan Kalimantan Utara (Kaltara). Sistem Mahakam berkapasitas daya 560 MW, sedangkan Kaltara berkapasitas 200 MW.

"Sehingga sistem listrik Kaltimra akan berkemampuan daya sekitar 760 MW dengan kondisi surplus daya sebesar 200 MW," tutur dia sambil menambahkan proses interkoneksi dua provinsi tinggal menunggu waktu saja.

"Sudah tinggal sedikit saja jaringan ini akan tersambung," tambah Riza.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Selanjutnya

Saat bersamaan, PLN sedang proses pembebasan lahan kawasan Batu Kajang untuk menghubungkan Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Selatan (Kalsel). Area sepanjang 30 kilometer ini untuk pembangunan sejumlah tapak tower jaringan listrik dua provinsi.

"Sedang dalam proses negosiasi pembebasan lahan di lokasi ini," kata Manager Perencanaan PLN Kaltimra, Wisnu Kuntjoro Adi.

Wisnu menyatakan, PLN menamakan jaringan tersambung ini dengan nama Sistem Khatulistiwa menjadi peleburan antara Sistem Mahakam dan Sistem Barito. Sistem Khatulistiwa berkemampuan daya 1.560 MW yang berfungsi mengaliri empat provinsi di Kalimantan.

"Seperti jaringan sistem Jawa Bali yang terkoneksi seluruh wilayahnya," ujar dia.

Sistem Khatulistiwa punya kemampuan daya surplus listrik hingga 450 MW dari kapasitas beban puncak sebesar 1.000 MW. Surplus daya ini nantinya dipergunakan menjangkau sejumlah area belum teraliri listrik di beberapa kota perbatasan Kalimantan.

"Kalau memang daya listriknya berlebihan, bisa dijual ke negara tetangga juga," kata dia.

PLN Kaltimra mengumumkan, ratio elektrifikasi sebesar 88,8 persen dengan wilayahnya didominasi kota/kabupaten Kaltara. Pembangunan infrastruktur listrik seiring dengan persiapan Sistem Khatulistiwa yang ditargetkan selesai akhir 2018 mendatang.

Wisnu menyebutkan, pembangunan listrik ini menjadi program Nawacita pemerintah dalam upaya pemerataan energi listrik seluruh wilayah di Indonesia. Kesiapan infrastruktur energi listrik diharapkan memacu pertumbuhan perekonomian kota/kabupaten Kalimantan.

"Prinsipnya kami persiapkan jaringan listrik dahulu di seluruh wilayah dan pertumbuhan ekonomi akan seiring masuk di situ," kata dia.

Namun demikian, Wisnu mengaku ada sejumlah masalah pembebasan lahan yang menghambat upaya pembangunan infrastruktur interkoneksi jaringan listrik. Dia menyebutkan, ada beberapa pemilik tanah menolak penawaran harga maksimum nilai jual obyek pajak (NJOP).

"Contohnya, upaya pembebasan lahan di Batu Kajang yang terganjal pembebasan lahan. Malah ada beberapa area yang tidak jelas siapa kepemilikannya. Ini menjadi tantangan kami untuk menyelesaikannya," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya