Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan telah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) sekitar Rp 648,74 triliun sampai dengan saat ini.
Penerbitan surat berharga negara (SBN) merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk menambal defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) yang diperkirakan 2,67 persen dari Produk Domestik Bruto (DPB).
Direktur Jenderal PPR, Robert Pakpahan mengungkapkan, baru-baru ini Kemenkeu telah menjual Obligasi Ritel Indonesia (ORI) Seri 014 dengan hasil Rp 8,95 triliun atau lebih rendah dari target indikatif Rp 20 triliun dan outlook Rp 13,4 triliun.
Advertisement
Baca Juga
"Dengan telah dijatah ORI kemarin, realisasi penerbitan SBN sudah 91 persen dari target gross (bruto)," kata Robert ditemui di Gedung Dhanapala Kemenkeu, Jakarta, Selasa (24/10/2017).
Jika dihitung, realisasi sekitar 91 persen berarti pemerintah sudah menarik utang melalui penerbitan SBN sekitar Rp 648,74 triliun. Sementara dengan outlook defisit APBN-P 2017 sebesar 2,67 persen dari PDB, target penerbitan SBN bruto di tahun ini sebesar Rp 712,9 triliun.
Dengan demikian, pemerintah masih harus mencari utang melalui penerbitan surat utang sekitar Rp 64,16 triliun sampai dengan akhir tahun ini.
"Tinggal sedikit lagi 9 persenan dari kebutuhan seluruhnya. Itu akan dipenuhi dengan tujuh kali lelang (SBN) lagi sampai Desember 2017," Robert menjelaskan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Selanjutnya
Sebelumnya, pemerintah sudah menjual ORI Seri 014. Namun hasilnya meleset dari target. Realisasi penjualan ORI Seri 014 sebesar Rp 8,95 triliun jauh dari target indikatif pemerintah yang sebesar Rp 20 triliun maupun outlook Rp 13,4 triliun dengan tingkat imbal hasil atau kupon 5,85 persen per tahun.
Robert Pakpahan menyadari realisasi penawaran ORI Seri 014 jauh dari target yang diharapkan. "Targetnya Rp 13 triliun, tapi yang masuk Rp 8,9 triliun. Ini memang tidak sebesar target di awal. Kita sadar itu," ujar dia.
Dia mengaku, penerbitan ORI Seri 014 kurang menarik karena tingkat bunga atau imbal hasil yang rendah, yakni 5,85 persen per tahun. Tingkat kupon ini merupakan imbal hasil terendah sepanjang sejarah penerbitan ORI sejak 2006.
"Kuponnya mungkin ya. Sekarang di Indonesia kecenderungannya tingkat bunga turun, sehingga kupon 5,85 persen tergolong rendah. Ini memang mencerminkan secondary market di pasar SBN waktu itu. Jadi faktanya begitu karena masih menyesuaikan dengan tingkat bunga yang rendah," tuturnya.
Advertisement