Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan akan tetap fokus pada program percepatan pembangunan infrastruktur karena dua alasan. Upaya ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dalam jangka menengah dan panjang.
"Kita masih fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi jangka menengah dan panjang," kata Jokowi dalam acara "Sarasehan 100 Ekonom" di Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Jokowi mengaku, pembangunan infrastruktur penting dipercepat karena dua alasan. Pertama, kata dia, kondisi infrastruktur Indonesia jauh dari kata ideal, bahkan lebih memburuk, berdasarkan studi dari Bank Dunia dan Global McKinsey di 2013.
Dibanding negara lain di dunia rata-rata sebesar 70 persen dari PDB, Presiden menambahkan, jumlah stok infrastruktur Indonesia termasuk rendah, hanya 38 persen dari PDB. Dibanding masa sebelum krisis ekonomi Asia pada 1997-1998, stok infrastruktur di Indonesia menurun dari 49 persen dari PDB di 1995 menjadi 38 persen terhadap PDB di 2012.
"Turunnya stok infrastruktur karena infrastruktur yang terus menurun dalam dua dasawarsa terakhir. Makanya kenapa kita fokus di pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jalan tol, pelabuhan, bandara, dan lainnya,"Â ucap dia.
Kedua, Jokowi mengaku, infrastruktur di wilayah Indonesia bagian Timur buruk sekali. Dalam acara ini, dia mencontohkan jalan di Papua yang belum diaspal, kondisinya sangat memprihatinkan karena banyak truk terjebak dalam lumpur hanya untuk bisa keluar.
"Jalan buruk seperti ini tidak hanya di satu atau dua lokasi, tapi di beberapa daerah. Bagaimana tidak harga semen bisa mencapai Rp 2 juta-3 juta per sak, harga sembako lima sampai 10 kali lipat lebih mahal. Saking rusaknya dan antre tiga hari, sopir truk bisa sampai menanak nasi," kata dia.
Â
Setop Ekspor Bahan Mentah
Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, Jokowi mengaku juga harus menjaga daya beli masyarakat, investasi, inflasi, dan nilai tukar rupiah, ketersediaan pasokan bahan pangan di seluruh Tanah Air.
"Kita juga perlu mengembangkan sektor unggulan. Industri manufaktur nonmigas yang dititikberatkan pada rantai pasok," ujar Jokowi.
Menurutnya, Indonesia perlu bertransformasi atau menggeser ekonomi dari yang berbasis konsumsi menjadi investasi sehingga lebih produktif dan menjadi efek pengganda ke ekonomi nasional.
"Jangan lagi ekspor sumber daya alam mentah tanpa pengolahan. Setop seperti itu, karena kita ingin mulai masuk ekonomi berbasis proses manufaktur," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Kebijakan ekonomi ini, katanya, harus diarahkan pada ekonomi inklusif sehingga mampu mengurangi kemiskinan, ketimpangan, dan meningkatkan lapangan kerja.
Advertisement