Pilkada Bakal Jadi Berkah Ekonomi RI

Pilkada akan menyumbang 0,2 persen-0,3 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Des 2017, 20:38 WIB
Diterbitkan 12 Des 2017, 20:38 WIB
BI Resmi Luncurkan Gerbang Pembayaran Nasional
Menko Perekonomian Darmin Nasution memberi sambutan dalam acara launching Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) di Gedung BI, Jakarta, Senin (4/12). BI meresmikan GPN sebagai sistem pembayaran yang terintegrasi di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan berlangsung di 171 daerah di Indonesia pada 2018 akan menyumbang 0,2-0,3 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian, ekonomi nasional diproyeksikan tumbuh pada kisaran 5,4-5,5 persen pada tahun depan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengaku masyarakat maupun dunia usaha tak khawatir dengan momen pilkada. Alasannya, karena setiap daerah memiliki jagoannya masing-masing dengan partai politik pengusung berbeda-beda.

"Di Indonesia partainya banyak. Kalau yang bertarung di daerah sana dan sini sama saja, partai-partai itu saja, baru khawatir. Tapi ini kan beda, jadi pilkada di 171 daerah tahun depan malah menjadi berkah," ujar dia saat acara Sarasehan 100 Ekonom di Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa (12/12/2017).

Dengan kata lain, Darmin menjelaskan, perebutan tahta sebagai kepala daerah tidak akan membahayakan keamanan nasional, dari sisi ekonomi maupun politik. Kontribusi pilkada dan Asian Games terhadap pertumbuhan ekonomi, ia menambahkan diperkirakan sekitar 0,2-0,3 persen.

"Kalau pertumbuhan ekonomi alami kita 5,1-5,2 persen, dengan tambahan 0,2-0,3 persen maka pertumbuhan ekonomi akan bergerak pada 5,4-5,5 persen. Makanya kalau orang wait and see, saya heran saja, wong optimisme ekonominya baik," tutur dia.

Sementara itu, Ekonom Senior Indef, Didiek J. Rachbini mengingatkan agar menjaga stabilitas politik pada saat pilkada 2018. Dia menilai, politik bak roller coaster yang dapat mengancam ekonomi Indonesia.

"Kalau main politiknya akrobatik, tidak beres, ekonomi akan jatuh juga. Jadi jangan kasar main politik, jangan merusak sistem, seperti di pilkada DKI tegang tapi terkendali. Itu pengalaman buruk dan tidak boleh terulang kembali," jelas dia.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Didiek mengaku, proses pilkada selama ini berjalan dengan tertib dan tidak ada gangguan stabilitas keamanan, sehingga tidak berdampak terhadap ekonomi Indonesia.

"Pilkada dari pengalaman kita kan tertib, tidak ada case yang berat. Selama ini pengaruh ke ekonomi tidak fatal," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Kadin Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen pada 2018

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017  Optimis Capai 5,3 Persen
Suasana pemandangan Ibukota terlihat dari kawasan Sudirman, Jakarta, Sabtu (14/1). Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen dapat tercapai dengan strategi meningkatkan pertumbuhan baik secara nasional maupun daerah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional di 2018 akan berada di kisaran 5,2 persen-5,3 persen.

Angka ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar 5,4 persen.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, selama kurun waktu satu tahun terakhir, perkembangan ekonomi Indonesia menunjukkan tren yang positif dan stabil. Meski ekonomi di 2015 hanya mampu tumbuh 4,88 persen, namun mengalami kenaikan menjadi 5,02 persen di 2016.

"Di 2017, diperkirakan akan lebih tinggi sedikit, yaitu berkisar 5,1 persen-5,17 persen," ujar dia di Jakarta, Senin 4 Desember 2017.

Menurut dia, membaiknya pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh meningkatkan kinerja ekspor dan investasi, serta konsumsi‎ yang relatif terjaga. "Permintaan domestik yang tumbuh sekitar 5 persen menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata dia.

Sedangkan untuk tahun depan, [pertumbuhan ekonomi ]( 3183153 "")Indonesia akan tumbuh lebih baik lagi yaitu di kisaran 5,2 persen-5,3 persen. Rosan menyatakan, selain konsumsi, peningkatan investasi dan ekspor masih akan menjadi pendorong pertumbuhan di 2018. "Mungkin sekitar 5,2 persen-5,3 persen," lanjut dia.

Sementara itu, lanjut dia, paket ekonomi yang ditujukan untuk melakukan reformasi struktural mulai menunjukkan hasilnya, diantaranya berupa meningkatnya daya kompetisi ekonomi, Ease of Doing Business (EoDB) dan peringkat investasi Indonesia.

"Hal tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di 2018. Akhirnya, pembangunan infrastruktur secara besar-besaran di Indonesia yang terus berlangsung juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya