Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan, Bahan Bakar Minyak (BBM) hasil produksi Kilang Bontang diprioritaskan untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Proyek kilang ini mayoritas digarap perusahaan minyak asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG), menggandeng perusahaan trading asal Jepang Cosmo Oil International Pte Ltd (COI).Â
Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ardhy N Mokobombang mengatakan, Pertamina dan mitranya memang belum menetapkan alokasi BBM hasi‎l produksi Kilang Bontang, karena masih melihat kondisi kilang beroperasi.
Advertisement
Baca Juga
‎"Untuk alokasi domestik dan ekspor hari ini memang belum ditetapkan. Nanti kita akan melihat kondisi saat kilang beroperasi," kata Ardhy, di ‎Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (29/1/2018).
Berdasarkan perkiraan Pertamina, Kilang Bontang akan memproduksi BBM jenis bensin (gasoline) dan avtur. Hasil produksi tersebut akan dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri.Â
"Perkiraan kita, untuk gasoline dan jet fuel atau avtur. Kemudian nanti di depan masih terbuka ruang untuk domestik. Karena mungkin domestik demand tumbuh dan masih membutuhkan sumber dari pada produk itu sendiri," tutur Ardhy.Â
Sedangkan untuk solar atau diesel, rencananya akan diperkecil menyesuaikan kebutuhan dalam negeri. Pasalnya, dengan beroperasinya kilang lain, produksi solar akan mengalami kelebihan.Â
"Walaupun nanti, kita akan merencanakan, dalam desain kilang ini, kita akan coba me-minimize produksi dari diesel itu sendiri. Ini akan kita coba bersama dengan partner untuk desain sesuai kebutuhan di dalam negeri," papar Ardhy.Â
Pasokan minyak mentah untuk Kilang Bontang berasal dari Oman. Negara tersebut memiliki produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) sampai 1,2 juta juta bph. Minyak mentah ini diolah menjadi BBM.Â
 "Jadi memang secara majority nanti crude akan di-supply dan jadi tanggungjawab Oman. Karena kita tahu Oman memiliki produksi minyak sekitar 1-1,2 juta barel per hari. Jadi mereka juga produksi," tutupnya.
Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Jadi Anak Usaha Pertamina, Saham Publik PGN Tak Terdilusi
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menegaskan bahwa saham publik PT Perusahaan Gas Negara (Persero) atau PGN tidak akan terdilusi jika perusahaan menyatu dengan PT Pertamina (Persero). Kementerian BUMN memutuskan untuk membetuk induk usaha BUMN minyak dan gas (migas) dengan Pertamina sebagai induk usaha (holding) sedangkan PGNmenjadi anak perusahaan Pertamina.
Deputi bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, tidak ada perubahan porsi terhadap saham publik yang saat ini ada di PGN usai perusahaan tersebut menyatu dengan Pertamina dalam holding migas.
"Tidak ada perubahan apapun saat ini, waktu ada pengalihan saham saham publik intake tetap tidak berubah," kata Fajar, usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PGN, Jakarta, Kamis (25/1/2018).
Menurut Fajar, imbas dari pembentukan holding migas hanya terjadi pada saham negara yang saat ini ada di PGN, berpindah menjadi milik Pertamina. "Yang berubah itu tadinya punya negara di PGN jadi punya negara di Pertamina," tuturnya.
Terkait dengan perpindahan saham negara yang ada di PGN ke Pertamina, Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan, dalam RUPS-LB PGN ‎yang diselenggarakan hari ini 77,8 persen pemegang saham menyetujui pengalihan saham negara yang ada di PGN ke Pertamina.
‎"Tadi sudah dilakukan putusan RUPS nya. Terkait hasil putusan RUPS juga sudah disetujui 77,8 persen dari yang hadir. Jadi sudah masuk kuorum yang sah," tutup Rachmat.
Advertisement