Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak terkerek naik didorong data penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan. Selain itu, pelemahan mata uang dolar AS juga turut mempengaruhi harga minyak.
Melansir laman Reuters, Jumat (23/2/2018), harga minyak mentah AS naik ke level tertinggi dalam dua pekan.
Baca Juga
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik US$ 1,05 atau 1,7 persen menjadi US$ 62,73 per barel.
Advertisement
Sementara harga minyak mentah Brent untuk pengiriman di bulan yang sama naik 78 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 66,20 per barel.
Penguatan harga minyak menyusul data Energy Information Administration (EIA) yang melaporkan penurunan persediaan minyak mentah AS secara tidak terduga sebesar 1,6 juta barel sampai dengan 16 Februari ini.
Hal ini terjadi karena impor minyak mentah merosot ke rekor terendah, sementara ekspor melonjak.
"Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma turun 2,7 juta barel," kata EIA.
Lebih jauh disebutkan EIA, impor minyak mentah turun sebesar 1,6 juta barel per hari menjadi 4,98 juta barel per hari. Jumlah ini merupakan yang terendah sejak EIA mencatat stok minyak mentah AS di 2001.
Sedangkan ekspor minyak mentah AS melonjak lebih dari 2 juta barel per hari atau mendekati rekor 2,1 juta pada Oktober.
The Louisiana Offshore Oil Port (LOOP), terminal minyak mentah swasta terbesar di AS telah menyelesaikan operasi muatan minyak mentah ke kapal tanker besar (VLCC). Supertanker ini mengekspor minyak 2 juta barel.
Sentimen lainnya pendorong harga minyak karena pelemahan dolar AS. Mata uang Yen Jepang memimpin penguatan atas dolar AS terhadap mata uang utama lain.
Harga Minyak Dunia Sentuh Posisi Tertinggi dalam 2 Pekan
Harga minyakĀ mentah dunia mencapai tingkat tertinggi dalam hampir dua minggu. Harga terangkat pemulihan ekuitas global dan ketegangan di Timur Tengah,Ā di tengah kekhawatiran kenaikan produksi di Amerika Serikat (AS).
Melansir lamanĀ Reuters,Ā Selasa (20/2/2018), harga minyakĀ mentah Brent naik 89 sen menjadi US$ 65,73 per barel, usai naik ke level tertinggi dalam 11 hari di posisi US$ 65,75 per barel pada awal sesi.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Maret naik 82 sen menjadi US$ 62,50 per barel, setelah sebelumnya naik 1,44 persen ke level tertinggi sejak 7 Februari.
"Pasar saham yang jinakĀ membuat ... seperti juga ketegangan geopolitik di Timur Tengah," kata Commerzbank dalam sebuah catatannya.
Harga minyak antara lain dipengaruhi kenaikan saham di Eropa. Pasar saham globalĀ mencatat kenaikanĀ untuk sesi keenam, menyusul aksi jual dipicu kekhawatiran tentang inflasi dan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Sementara ketegangan di Timur Tengah muncul usai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu bahwa Israel dapat bertindak melawan Iran sendiri, tidakĀ perlu bersama sekutunya di Timur Tengah. Pernyataan ini muncul setelah insiden perbatasan di SuriahĀ mendorong terjadinya konfrontasi langsung di Timur TengahĀ .
Perdagangan minyak diperkirakan akan lebih lambat dari biasanya pada hariĀ ini karena Bursa AS dan China Daratan yang libur.
Di sisi lain, kenaikan jumlah rig minyak AS menjadi indikator tentang produksi minyak negara ini. AS menambah jumlah rig sebanyak 7Ā menjadi 798, tertinggi sejak April 2015, menurut laporan mingguan Baker Hughes General Electric.
Itu menandai pertama kalinya sejak Juni bahwa AS menambahkan jumlah rig selama empat minggu berturut-turut, dan angka tersebut membaik dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat sebanyakĀ 597 rig.
Kondisi kenaikan produksi minyak AS membuat usaha Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen lainnya termasuk Rusia untuk mengekang produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) sampai akhir 2018 terganggu.
Advertisement