Pertamina Klaim Rugi Jual Pertalite

Pertamina menyatakan jual Pertalite Rp 7.800 per liter di Jawa. Sedangkan harga keekonomian Rp 8.000.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Apr 2018, 17:35 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2018, 17:35 WIB
20151006-Pertalite Mulai Dipasarkan di Lima Kota Sumbangsel-Lampung
Petugas bersiap mengisi BBM Pertalite ke kendaraan pelanggan di SPBU Antasari, Bandar Lampung, Selasa (6/10/2015). Pertamina kembali melakukan uji pasar Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite di lima Provinsi di Sumbagsel. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan, harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite masih di bawah  harga pasar. Meski telah dinaikkan sebesar Rp 200 per liter pada akhir Maret lalu.

Direktur Pemasaran Pertamina, M Iskandar mengatakan, Pertamina saat ini rugi menjual Pertalite. Lantaran harga jual yang ditetapkan di bawah harga keekonomian.

"Yang jelas saat ini seperti Pertalite kami jual rugi," kata Iskandar, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Iskandar menuturkan, ‎saat ini harga pasar Pertalite sekitar Rp 8 ribu per liter, sementara saat ini harga Pertalite yang dijual Pertamina untuk wilayah Jawa Rp 7.800 per liter. Dengan begitu Pertamina menanggung kerugian Rp 200 untuk setiap liternya.

"Keekonomiannya sekitar Rp 8 ribuan kurang Rp 200 lagi, ujar dia.

Iskandar mengungkapkan, Pertamina menanggung kerugian  sejak harga minyak‎ dunia mengalami kenaikan, sementara perusahaan tersebut baru menaikan harga Pertaite satu kali sebesar Rp 200 per liter.

"Harganya naik terus, kita  baru naik sekali Rp 200 per liter," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Efek Harga Pertalite Naik Masih Berlanjut ke April

Persiapan Peluncuran Pertalite
(Foto:Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)

Sebelumnya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertalite pada Maret lalu diperkirakan masih berdampak hingga April 2018. Dampak tersebut bisa seperti kenaikan inflasi, mengingat bobot BBM terhadap inflasi sebesar 3,39 persen, atau persis di bawah beras.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, sejak berlaku pada 24 Maret 2018, kenaikan harga pertalite baru berdampak selama seminggu terakhir terhadap inflasi. Dampak ini diperkirakan masih berlanjut dalam tiga pekan ke depan.

"Seperti saya bilang karena pertalite naiknya pada 24 Maret, berarti ini baru 7 hari. Tetapi perlu dicatat bahwa seminggu terakhir sudah ter-cover, jadi kalau inflasi rata-rata harga selama satu bulan dibandingkan bulan sebelumnya, yang seminggu ter-cover, 3 minggunya belum," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin 2 April 2018.

Oleh sebab itu, lanjut dia, kenaikan harga Pertalite ini masih akan berpengaruh terhadap inflasi di April 2018. Hal ini yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah agar tren inflasi ini tidak berlanjut di April.

"Berarti dampak ikutannya masih akan terjadi di April. Berapa besarnya saya tidak tahu. Jadi pasti masih akan berdampak," ujar dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya