Core Indonesia Sebut Orang Kaya RI Masih Rem Belanja, Ini Buktinya

Core Indonesia menyebut konsumsi swasta belum menunjukan tanda-tanda pemulihan di kuartal I-2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Apr 2018, 15:47 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2018, 15:47 WIB
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Center of Reform on Economics (Core) menyebut konsumsi swasta pada kuartal I-2018 belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal ini terlihat dari komposisi pengeluaran rumah tangga, di mana pendapatan yang dibelanjakan masih cenderung menurun.

Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan, proporsi pendapatan yang dibelanjakan pada kuartal I-2018 menurun menjadi 64,1 persen. Lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, di mana proporsi pendapatan yang dibelanjakan berada di angka 65,2 persen.

"Konsumsi swasta pada kuartal I ini belum menunjukkan indikasi pemulihan," ujarnya dalam paparan di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa (24/4/2018).

Pada saat yang sama, proporsi untuk tabungan meningkat. Pada tiga bulan pertama ini, proporsi pendapatan yang digunakan untuk menabung berada di angka 21,6 persen atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 19 persen.

Belum pulihnya konsumsi, menurut Faisal, terlihat dari masih lemahnya pertumbuhan penjualan ritel pada kuartal I-2018. Pada periode Januari hingga Februari 2017, penjualan ritel mengalami kontraksi -0,38 persen.

Bukan itu saja. Penjualan ritel barang-barang tersier juga melambat. Pada kuartal I ini, tercatat pertumbuhan penjualan barang ritel tersier hanya sebesar 7,3 persen. Capaian ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,8 persen.

"Padahal pada periode yang sama tahun lalu masih tumbuh 5,03 persen," kata dia.

Kelompok masyarakat menengah atas pun cenderung masih menahan konsumsinya. Hal tersebut tampak dari penjualan kendaraan bermotor pada kuartal I-2018 yang hanya tumbuh 2,88 persen.

"Meskipun penjualan sepeda motor tumbuh 3,99 persen, pertumbuhan penjualan mobil pada periode yang sama melambat," imbuh Faisal.

 

 

Reporter : Wilfridus Setu Embu

Sumber : Merdeka.com

Selanjutnya

Atas dasar itulah, pemerintah seharusnya mendorong kebijakan yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Meskipun menurutnya, pemerintah sudah melakukan program bantuan sosial (bansos) untuk mendorong daya beli golongan masyarakat berpenghasilan bawah.

"Saya hanya sayangkan kebijakan tersebut baru dijalankan menjelang pentas politik 2019. Sehingga bisa sangat dimaklumi banyak kalangan yang menganggap langkah tersebut tidak lebih dari sekadar kebijakan populis untuk pendulang suara pada pemilu," jelasnya.

Untuk diketahui, Core Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia berada di angka 5,2 persen. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan target yang dicanangkan pemerintah, yakni sebesar 5,4 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya