Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, mengatakan rencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve masih akan terus membayangi pelemahan nilai tukar rupiah ke depan.
Untuk jangka panjang, pelemahan rupiah secara terus-menerus dikhawatirkan akan mempengaruhi inflasi Indonesia.
"Tentu kita harus punya langkah untuk ikuti itu (kenaikan suku bunga The Fed), tidak bisa kita bilang tidak mau. Itu berarti kita akan terkena dampaknya, sebagian di mana, di kurs, di tingkat bunga, di inflasi. Mungkin juga lama-lama inflasi kita terpengaruh (pelemahan rupiah) dari imported inflation," ujar dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Darmin mengatakan, sejauh ini dampak pelemahan nilai tukar rupiah masih cukup kecil terhadap inflasi. Meski demikian, dia belum dapat memastikan kapan dampak terbesar pelemahan nilai tukar rupiah terhadap inflasi akan terjadi.
"Sebenarnya kalau mau melihat dampak dari nilai tukar ke dalam inflasi, itu melalui core inflation, meski itu barangnya banyak, bukan cuma barang impor. Tapi yang pasti bukan pangan, administered price," ujar dia.
"Sekarang ini ada kenaikan kalau dilihat dan diakumulasikan, misalnya di Agustus, tapi belum besar kenaikannya. Kapan kelihatan dampaknya? Tidak tahu, susah menebaknya," tambah dia.
Darmin mengatakan, cukup sulit mengendalikan inflasi melalui barang impor. Sebab, selama ini kebutuhan Indonesia baik barang konsumsi dan barang modal masih banyak yang berasal dari impor.
"Ya selama kita impor, ya terpengaruh terus saja dari barangnya itu. Walaupun kita ada upaya juga untuk kendalikan impor, tapi tetap saja perlu barang itu," ujar dia.
Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini masih dipicu oleh tekanan eksternal. Sementara dari internal, pemerintah memastikan tidak ada kebijakan yang memengaruhi pelemahan rupiah. "Sama (seperti awal tahun), tidak ada tekanan internal, masalahnya masih di tekanan eksternal," ujar dia.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
BI Tingkatkan Intervensi Pasar
Rupiah kembali merosot tajam terhadap dolar Amerika Serikat. Saat ini posisi rupiah berada pada level 14.700 terhadap dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan, pihaknya tetap berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di pasar.
"Saya menegaskan komitmen BI sangat kuat jaga stabilitas ekonomi termasuk nilai tukar rupiah," kata Perry di mesjid kompleks BI, Jumat 31 Agustus 2018.
Dia mengungkapkan BI telah meningkatkan intensitas intervensinya di pasar. "Khususnya dalam dua hari ini kita meningkatkan volume intervensi valas bahkan sejak kemarin dari pagi sampai sore kita lakukan intervensi di pasar valas," ujar dia
Selain itu, dia juga mengungkapkan BI telah memborong Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder. "Tadi pagi menjelang jam 11 berapa yang kita beli 3 Triliun itu hampir semua yang dijual asing kita beli," kata dia.
BI juga akan melakukan lelang swap dengan target cukup besar dalam rangka langkah-langkah stabilisasi rupiah.
"Hari ini kita juga terus secara buka lelang fx swap target 400 juta InsyaAllah yang masuk lebih besar dari itu. Setiap hari kita juga buka window mengenai swap hedging dan itu terus kita lakukan," ujar dia.
BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi menjaga stabilitas sistem keuangan dalam negeri. "Dan koordinasi secara erat dengan kemenkeu dan OJK pastikan stabilitas sistem keuangan, stabulitas nilai tukar tetap terjaga,” kata dia.
Selain itu, dia juga meyakinkan fundamental ekonomi Indonesia masih baik-baik saja. "Yakinkan bahwa kondisi ekonomi kita kuat dan tahan, dan tentu saja kita akan tetap wasapdai apa yang terjadi di negara lain seperti Turki dan Argentina sejauh ini kami tentu saja ketahan ekonomi kita cukup kuat,” ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement