Boediono Buka-bukaan Soal Kasus Bank Century

Boediono menyampaikan, pada masa itu keputusan yang diambil pemerintah dalam mempertahankan Bank Century bukan tanpa pikir panjang.

oleh Merdeka.com diperbarui 28 Nov 2018, 19:46 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2018, 19:46 WIB
Mantan Wapres Boediono. (Merdeka.com/ Dwi Narwoko)
Mantan Wapres Boediono. (Merdeka.com/ Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden (Wapres) ke-11, Boediono berbagi kisah tentang saat masih menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Berbagai kebijakan kala itu telah ditempuhnya untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis perekonomian.

Boediono mengatakan, kebijakan yang diambil pemerintah dimulai dengan menyelamatkan Indonesia dari rangkaian krisis ekonomi global. Termasuk ketika itu, mempertahankan Bank Century. Sebab, apabila tidak diselamatkan maka Bank Century akan memiliki risiko sistemik pada perbankan lain.

"Waktu itu saya dan teman-teman enggak pernah mikir risiko politik, pertimbangannya risiko ekonomi. Seandainya kita tahu ya kita tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan," kata Boediono di Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Dia menyampaikan, pada masa itu keputusan yang diambil pemerintah dalam mempertahankan Bank Century bukan tanpa pikir panjang. Itu dinilai adalah salah satu kebijakan terbaik.

"Kita mengusulkan untuk dilakukan full blanket guarantee dan dilakukan. Jadi satu-satunya opsi saat itu ya kalau ada bank yang sakit ya jangan ditutup saat itu, nanti aja tutupnya," tambah dia.

 

Terbuka dan Transparan

Wakil Presiden Indonesia ke-11, Boediono. Dok Meredeka.con/Dwi Aditya Putra
Wakil Presiden Indonesia ke-11, Boediono. Dok Meredeka.con/Dwi Aditya Putra

Boediono menambahkan, pada saat mengambil keputusan tersebut juga dilakukan secara terbuka dan transparan. Bahkan bisa dilihat ketika rekaman video yang telah beredar di masyarakat tidak dilakukan secara sepihak, melainkan melalui keputusan bersama.

"Itu keputusan bukan keputusan saya pribadi, itu suatu proses pengambilan keputusan terbuka, transparan, bahkan diskusinya sudah beredar luas. Makanya itu suatu yang sangat baru di negara kita. Enggak banyak negara yang dapat rekaman diskusi di bank sentral seperti saat itu," tuturnya.

Boedioni menyampaikan, saat itu pertimbangan yang dilakukan Bank Sentral maupun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) karena melihat banyak perbankan yang tutup bisa menjadi masalah serius bagi perekonomian bangsa.

"Saya pengalaman beberapa puluh tahun di pemerintahan. Saya merasa ini perlu kita tangani serius, situasinya sangat serius, dan waktu itu kita pikirannya satu, jangan sampai ekonomi Indonesia jeblok lagi seperti 1997-1998 karena biaya ekonominya besar," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya