Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan bahwa maskapai penerbangan Pelita Air Service yang merupakan anak usaha dari PT Pertamina (Persero) akan membeli pesawat Airbus untuk mendukung kegiatan operasional.
Deputi Bidang Usaha, Jasa Keuangan, Jasa Survei Dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, Pelita Air Service sebagai anak usaha BUMN akan masuk dalam holding BUMN penerbangan. Maskapai penerbangan tersebut akan difokuskan untuk melayani penerbangan charter dan kargo.
"Nanti ada Pelita, pelita masuk. karena milik Pertamina. Jadi untuk Pelita adalah sebagai charter flight sama cargo," kata Gatot, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Advertisement
Baca Juga
Untuk menunjang kegiatan holding penerbangan Pelita Air akan membeli pesawat jenis Airbus A400 pada tahun ini. Namun untuk jumlahnya, dia belum bisa menyebutkan detail.
"Tahun ini. Dapetnya ngga tau tahun ini. Kan yang penting nanti cargonya di Pelita Air," tuturnya.
Gatot menerangkan, keberadaan Pelita Air dalam holding BUMN penerbangan akan diintegrasikan dengan bisnis kargo milik Garuda Indonesia. Sehingga nantinya kegiatan pengiriman kargo melalui udara di Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur dan Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) semakin membaik.
"Jadi kan selama ini kargo yang ke Papua dan 3T kita kesulitan membawanya. Ke depan yang besar-besar dengan kargo. Kan waktu di Palu sudah pernah dicoba. Ibu menteri pinjem dari Hong Kong kalau ngga salah. Jadi mengapa rescue yang di Palu bisa cepet selama seminggu. Karena salah satunya kita menggunakan Airbus 400. Jadi dia bisa runway enggak nyampe 1000 meter, dan satu setengah kali dari hercules," paparnya.
Terkait dengan pembentukan holding BUMN penerbangan, Gatot mengungkapkan, saat ini instansinya sedang melakukan kajian untuk menjadikan PT Penas (Persero) sebagai induk holding.
"Survai Penas sebagai salah satu opsi holding. Garuda tidak bisa menjadi holding karena garuda sudah Tbk. Jadi holding penerbangan 100 persen milik negara," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Holding BUMN Penerbangan Terbentuk Semester I 2019
Sebelumnya, Kementerian BUMN berencana membentuk holding BUMN di sektor sarana dan prasarana perhubungan udara. Holding penerbangan ini ditargetkan terbentuk tahun ini.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan dengan adanya holding ini, maka akan meningkatkan kemampuan keuangan perusahaan.Â
BACA JUGA
"Holding kan kita ambil secara company-nya saja jadi lebih mudah kalau nanti bicara sebagai holding yang strategi kan lebih mudah. Jadi bisnis yang ada kita turunkan jadi untuk holding jauh lebih bagus," kata Gatot di Gedung Bursa Efek Indonesia, pada Senin 15 April 2019.
Gatot juga membeberkan mengapa Kementerian BUMN memilih PT Survey Udara Penas (Persero) sebagai holdingnya.
"Kan 100 persen milik BUMN kan, yang penting 100 persen milik BUMN. Kalau kita milih salah satu, AP 1 dan AP II kompleksitasnya tinggi," tegasnya.
"(Target selesai) Semester 1 2019," pungkas Gatot.
Menteri BUMN Rini Soemarno akan membentuk holding BUMN sarana dan prasarana penerbangan. Surat kajiannya pun sudah dikirimkan ke Menteri Keuangan pada akhir Maret lalu.
Bukan tanpa alasan Rini berencana membentuk holding ini. Diharapkan dengan penggabungan ini akan memperkuat bisnis dan pelayanan penerbangan di Indonesia ke depannya. Dia melihat konsep yang sama juga diterapkan di Dubai, UEA dan Doha, Qatar.
"Sekarang sedang dipelajari, kita pakai konsultan, kita bicarakan bersama, ini lebih baik bagaimana. Karena ke depan kalau kita melihat, adalah bagaimana kita lihat di negara lain, seperti di Doha bandaranya dengan penerbangannya Qatar Airways, di Dubai itu juga Dubai Airport juga sama dengan Emirates," kata Rini.
Advertisement
Ingin Seperti Dubai dan Qatar
Menteri BUMN Rini Soemarno menyebut, mengingat karakter Indonesia sebagai negara kepulauan, maka transportasi udara adalah moda transportasi paling efektif dalam menghubungkan semua pulau tersebut. Untuk itu, ke depan, investasi di sektor penerbangan ini akan terus meningkat.
Dengan adanya holding sarana dan prasarana penerbangan ini, nantinya perusahaan akan lebih kuat baik dalam ekspansi dan juga mencari pendanaan.
"Karena itu yang kita pelajari adalah neraca dari perusahaan ini. Holding dibentuk tidak terlepas untuk menjadikan neracanya lebih besar, sehingga kita bisa melakuakn investasi yang lebih banyak," tegas dia.
Tak hanya Kementerian Keuangan, Menteri BUMN juga melibatkan Kementerian Perhubungan dalam merealisasikan rencananya ini. Karena Kemenhub menjadi regulator di sektor penerbangan ini.