Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Hulu Energi (Persero) berjanji akan menyalurkan kompensasi atas insiden tumpahan minyak yang terjadi di perairan Karawang.
Kompensasi akan disalurkan mulai pekan depan dan tim pendataan sudah terjun di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
Ketua Tim 1 Penanganan Dampak Eksternal Pertamina, Rifky Effendi, menyebut tim pendataan baru disebar pada Rabu, 14 Agustus 2019, kemarin. Pada Jumat besok, ditargetkan sekitar 60-70 persen data bisa terkumpul, dan selesai pekan ini.
Advertisement
"Kita harapkan pendataan selesai minggu ini. Minggu depan menyalurkan kompensasi kepada masyarakat terdampak, kami tidak ingin livelihood masyarakat terganggu," ujar Rifky dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Baca Juga
Lebih lanjut, Rifky menyebut tim pendataan tersebar di 66 desa di tujuh kabupaten pada tiga provinsi. Sebuah meja pendataan pun hadir di kantor desa masing-masing, sementara daerah yang lebih luas seperti Muara Gembong di Bekasi bisa memiliki lima tempat pendaftaran.
Mereka yang meminta kompensasi diminta membawa KTP dan mengisi data diri secara detail seperti usia, pendidikan, jenis usaha bahari, hasil produksi, tempat tinggal, hingga jenis alat tangkap yang rusak akibat insiden tumpahan minyak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Informasi Harus Lengkap
Rifky menyebut informasi yang diberikan harus lengkap untuk membantu pihak Pertamina dalam menyusun dana kompensasi, sebab jenis kompensasi akan berbeda-beda untuk nelayan, penambak garam, pengelola wisata dan sebagainya.
Lebih lanjut, masyarakat yang membantu pembersihan juga akan diberikan apresiasi oleh Pertamina.
"Masyarakat yang membantu kami melakukan pembersihan itu mendapatkan apresiasi dengan nilai-nilai tertentu," ujar Direktur Pertamina Hulu, Dharmawan H. Samsu.
Meski demikian, Pertamina Hulu enggan mengungkap berapa dana yang disiapkan untuk ganti rugi. Mereka hanya memastikan semua dana kompensasi manusia dan lingkungan akan ditanggung internal perusahaan.
"Kita memastikan dananya ada. Recovery bukan program short-term tapi akan bertahap," ujar Dharmawan. "Fokus kita bukan dana tetapi melakukan respons kejadian ini dengan cara benar dan baik," pungkasnya.
Advertisement
Atasi Tumpahan Minyak, Pertamina Sudah Bor 1.464 Meter ke Dasar Laut
Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) lebih intensi melakukan pengeboran relief well atau sumur YYA-1 RW, untuk menghentikan segera gelembung gas yang terjadi di sekitar sumur YYA-1.
VP Relation PHE ONWJ, Ifki Sukarya mengatakan, dari pengeboran telah dilakukan sejak 1 Agustus 2019 hingga saat ini, pengeboran telah mencapai kedalaman 1.464 meter atau lebih dari 4.000 feet dari target 2.765 meter atau sekitar 9.000 feet.
“Pengeboran relief well alias sumur baru (YYA-1RW) untuk menginjeksikan fluida berupa lumpur berat agar sumur YYA-1 bisa ditutup permanen,” kata Ifki, di Jakarta, Senin (12/8/2019).
PHE ONWJ telah mempercepat dimulainya pengeboran Relief Well YYA-1RW sebagai upaya menghentikan gelembung gas, setelah selama satu minggu melakukan survei untuk menentukan titik sumur dan penempatan rig.
Rig ini berdiri sekitar 1 kilometer dari anjungan YY, tempat sumur YYA-1 berada. Pengeboran sumur telah dimulai jam 14.00 WIB pada Kamis (1/8/2019), atau 2 hari lebih cepat dari jadwal semula.
Sebelumnya diinformasikan, Rig Jack Up Soehanah sudah berada di sekitar lokasi relief well YYA-1RW pada tanggal 27 Juli 2019. Kegiatan mobilisasi rig ini dilakukan bersamaan dengan dilakukannya survey geohazard dan geotechnical, sehingga tidak ada waktu tunggu.
Begitu juga dengan proses pre load bisa langsung dilakukan begitu Marine Survey Waranty diperoleh. Sementara itu beberapa pekerjaan persiapan bisa dilakukan secara simultan, sehingga dapat mempercepat waktu tajak dua hari dari rencana awal.