Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi global membawa tren pada penurunan suku bunga atau kebijakan yang sifatnya lebih longgar dari bank sentral global atau The Fed.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, banyaknya ketidakpastian di pasar global terkait konflik dagang, geopolitik, hingga kebijakan suku bunga menekan sentimen bisnis dan tingkat inflasi global.
Â
Advertisement
Baca Juga
"Inflasi yang rendah dan terus berada di bawah target membuat The Fed mengubah postur kebijakannya menjadi lebih akomodatif. Kondisi ini menciptakan lower rate for longer (tingkat suku bunga di level rendah secara berkepanjangan)," tuturnya di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Oleh sebab itu, lanjut dia, pemotongan suku bunga The Fed akan membawa mayoritas bank sentral dunia untuk ikut melanjutkan pelonggaran moneter.
"Pelonggaran moneter global akan memberikan dukungan bagi perekonomian global dan Indonesia di paruh kedua 2019, terutama jika tensi dagang AS-China ada perbaikan," ujarnya.
"Selain itu, penurunan Fed Rate akan menopang pasar saham global terutama negara berkembang karena secara historis, 245 hari setelah penurunan suku bunga 1989, 1995, 1998, 2001 dan 2007 pasar saham Asia menunjukan kinerja yang lebih tinggi secara rata-rata dibandingkan pasar AS (S&P 500), yaitu 19,9 persen dibanding 6,7 persen," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Buka Kemungkinan Kembali Turunkan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) terus menerapkan kebijakan akomodatif guna menstimulus pertumbuhan ekonomi sekaligus menyesuaikan ketidakpastian ekonomi global yang terjadi saat ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI selaku bank sentral membuka ruang lebar untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya di tahun ini. Â
"Kami sudah memberikan forward guidance, kita masih ada ruang untuk kebijakan akomodatif. Baik itu dengan melonggarkan likuiditas ataupun penurunan suku bunga," tuturnya dalam ulang tahun Kemenko Bidang Perekonomian ke-54 di Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Perry melanjutkan, meski pada tahun lalu BI agak sulit menerapkan kebijakan moneter. Tahun ini pihaknya optimistis untuk menjaga stabilitas keuangan dalam negeri.
"Tahun lalu memang agak sulit BI manuver di kebijakan moneter. Tapi kedepan pertumbuhan ekonomi kita akan terus naik. Transformasi ekonomi dengan 3 kunci yaitu optimistis, policy mix, dan sinergi," paparnya.
"Kami sudak buktikan pelonggaran dengan penurunan suku bunga atau pun penurun Giro Wajib Minimum (GWM)," tambah dia.
Advertisement
Pengusaha Apresiasi BI Turunkan Suku Bunga Acuan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, menyambut baik langkah Bank Indonesia (BI) dalam menurunkan suku bunga acuannya. Menurutnya, adanya penurunan ini, maka akan berdampak positif bagi pelaku pasar di Indonesia.
"Saya rasa bagus karena ini kan sebetulnya kita berharap dari rapat lalu dua bulan lalu. Tapi tidak apa-apa sekarang responsnya sebetulnya harusnya turun. Untuk memberikan konfiden pada pasar," katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Hariyadi menilai keputusan BI ini dalam menurunkan suku bunga ini pun tidak lepas dari kondisi global yang saat ini cukup stabil.
"Jadi saya rasa secara makronya juga bagus dan di dalam negeri sendiri semester II biasanya dari segi historical datanya lebih baik. Memang sangat memungkinkan untuk turun," pungkasnya.Â