Liputan6.com, Jakarta - PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha, perusahaan fintech peer to peer lending terpercaya mendukung akses teknologi keuangan untuk pelaku usaha mikro perempuan di pedesaan. Pasalnya, teknologi keuangan berperan besar dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
"Sejak 2010, Amartha berperan aktif dalam menjangkau pelaku usaha mikro perempuan di pedesaan untuk mendapatkan akses layanan keuangan. Mereka adalah masyarakat pedesaan yang tidak hanya membutuhkan literasi keuangan tetapi juga teknologi," kata Pendiri dan CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (25/9).
Advertisement
Baca Juga
Dengan memanfaatkan kemudahan dari teknologi, Amartha dapat meningkatkan efisiensi operasional sehingga dapat menjangkau desa-desa terpencil dan memproses pengajuan pinjaman dengan lebih cepat.
Kehadiran fintech p2p lending juga memberikan dampak yang sangat besar bagi Amartha. Kami dengan mudah dan aman mempertemukan pemberi dana di perkotaan dengan pengusaha mikro di pedesaan yang memerlukan modal untuk memulai atau mengembangkan usaha melalui website maupun aplikasi.
Saat ini, Amartha telah menjangkau lebih dari 4.100 desa di Indonesia serta menyalurkan pendanaan kepada lebih dari 280 ribu pelaku usaha mikro perempuan. Peningkatan jangkauan desa dan para peminjam dana usaha di Amartha tidak terlepas dari kepercayaan mereka terhadap perusahaan ini dalam melayani dan memberikan literasi keuangan.
"Setiap minggu sekali mereka berkumpul bersama petugas lapangan Amartha. Kami juga memberikan pelatihan bisnis dan keuangan terhadap mereka. Kami mengajak mereka untuk mengikuti kelompok yang terdiri dari 10-20 orang," jelas Andi.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aplikasi Khusus
Soal teknologi, Amartha juga mengembangkan aplikasi khusus untuk para pelaku usaha mikro perempuan atau mitra usaha Amartha. Aplikasi ini dibuat semudah mungkin untuk para perempuan Tangguh agar mudah dalam menggunakannya. Pasalnya, kami ingin turut mengedukasi mereka mengenai literasi keuangan melalui teknologi.
Menurut survei Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Annual Member Survey Report 2018 lebih dari 70 persen pelaku fintech di Indonesia memberikan layanan kepada segmen masyarakat yang belum terjangkau (unbanked) dan kurang terjangkau (underbanked) oleh perbankan.
Sementara itu, fintech yang paling sering digunakan konsumen adalah online lending sebesar 39,6 persen yang diikuti oleh pembayaran digital sebesar 26,4 persen.
Advertisement