Pemerintah Minta PLN Lebih Agresif Jualan Listrik

Sejumlah pembangkit dalam program 35 ribu Mega Watt (MW) oleh PLN mulai beroperasi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Des 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2019, 15:00 WIB
PLN Jamin Pasokan Listrik Debat Capres
Teknisi mengecek Power Bank dan Mobile UPS penyuplai listrik di Hotel Sultan, Jakarta, (15/2). Pemasangan alat yang disediakan PLN itu untuk penyuplai pasokan listrik acara debat capres dan cawspres kedua pada Minggu besok. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong PT PLN (Persero), untuk lebih agresif menjual listrik. Hal ini dikarenakan sejumlah pembangkit listrik dalam program 35 ribu Mega Watt (MW) telah beroperasi.

Diretur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, PLN telah mengemban tugas produksi listrik, transmisi dan distribusi. Ketiga fungsi ini tidak bisa ditinggalkan oleh perusahaan tersebut.

‎"Menurut saya kalau saya nangkepnya tidak kemudian namanya fokus meninggalkan yang lain tapi ketiga tiganya harus dijalankan," kata Rida, di Jakarta, Kamis (26/12/2019).

Rida melanjutkan, setelah sejumah pembangkit ‎35 ribu MW beroperasi dan untuk pembangkit juga diberikan kesempatan pada swasta, maka PLN harus fokus meningkatkan penjualan listriknya.

"Sehingga masih ada ruang ditingkatkan maksudnya fokus kan PLN jualan listrik maka harus dibesari," ujarnya.

Menurut Rida, Kementerian ESDM pun telah meminta industri besar dan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyerap listrik dari PLN.‎ Hal ini untuk membuat pertumbuhan penjualan listrik lebih agresif.

‎"Kita minta PLN lebih agreeif. Jadi kalau merasa pasokan 35 ribu oke di tengah pertumbuhan belum signifikan jadi perlu ditingkatkan," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

PLN Incar Bisnis PLTS Atap di Jakarta

Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi mengecek panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PLTS atap ini bertujuan menghemat pemakaian listrik konvensional sekaligus menjadi energi cadangan saat listrik padam. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya ‎mengincar bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dengan begitu masyarakat yang ingin mendapatkan listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak perlu membangun PLTS sendiri.

General Manager PLN IUD Jakarta Raya M Ikhsan Asaad mengatakan, PLN UID Jakarta Raya berencana mengembangkan bisnis baru, yaitu memberikan fasilitas PLTS atap (solar rooftop) untuk bangunan yang ingin dilistriki dari EBT. "Kita akan bisnis solar rooftop,"‎ kata Ikhsan, di Jakarta, Kamis (26/12/2019).

Menurut Ikhsan, pelanggan yang ingin dilistriki dengan tenaga sinar matahari tidak lagi harus langsung mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli dan memasang perangkat PLTS tersebut. Sebab PLN UID Disjaya sudah menyediakan fasilitas kredit untuk bangunan yang ingin dilistriki dengan PLTS.‎

"Kita ada beberapa skema bisnis, pelanggan tidak lagi membeli langsung solar roof topnya saya nanti akan berkerjasama dengan bank, nanti pelanggan tinggal bayar sesuai investsi. ‎Kita beri kemudahan pelanggan yang ingin pakai solar rooftop itu seperti kredit 20 tahun,"‎ papar dia.

 

Investasi Lebih Mahal

Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi melakukan perawatan panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PLTS atap yang dibangun sejak 8 bulan lalu ini mampu menampung daya hingga 20.000 watt. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Ikhsan mengungkapkan, cara tersebut merupakan upaya untuk meringankan masyarakat yang ingin menggunakan listrik bersumber dari EBT memalui PLTS.

Pasalnya, saat ini‎ investasi untuk membangun PLTS masih cukup besar, sehingga akan menurunkan minat masyarakat yang ingin membangun PLTS untuk bangunannya.

Dia berharap dengan diterapkannya bisnis baru ini akan membantu mengejar target porsi EBT dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Untuk menjalankan bisnis tersebut, PLN IUD Jakarta Raya akan menggandeng produsen PLTS.‎

‎"Kita gandeng provider bagaimana mendorong target EBT 23 persen pada 2025. Kita akan didepan, kita tidk lagi Kompetisi kita klaborasi," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya