Menko Luhut: Kita Jangan Terlalu Heboh dengan Konflik AS-Iran

Dampak terbesar memanasnya hubungan AS dengan Iran adalah melonjaknya harga minyak dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jan 2020, 15:05 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2020, 15:05 WIB
Luhut Binsar Panjaitan
Mantan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan tiba di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Berkemeja putih seperti calon menteri lainnya, Luhut hanya menebar senyum ke awak media. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menanggapi santai terkait isu ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Menurutnya, pertikaian kedua negara tersebut tak perlu dibesar-besarkan meskipun akan berdampak kepada negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Jangan kita terlalu heboh yang berlebihan," katanya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (8/1).

Luhut mengakui, dampak terbesar memanasnya hubungan ke dua negara akan berimbas terhadap melonjaknya harga minyak dunia. Kendati begitu, baginya itu merupakan hal yang biasa-biasa saja.

"Pasti naik (harga minya) ya. Tidak apa-apa semua itu kan hidup pasti ada naik turun," tandasnya.

Seperti diketahui, Harga minyak melonjak lebih dari 4 persen pada Selasa (7/1) malam, setelah pejabat Pentagon mengatakan Iran melakukan penyerangan ke ke pangkalan udara Irak Al Asad Rabu (8/1) pagi. Pangkalan Udara itu menampung pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS melonjak hingga USD 2,85 atau 4,5 persen ke posisi USD 65,65. Harga ini merupakan level tertinggi sejak April, sebelum menarik kembali ke USD 64,11. Benchmark internasional, minyak mentah Brent naik lebih dari 4 persen ke sesi tertinggi USD 71,75 per barel, tertinggi sejak September, sebelum mundur kembali ke USD 69,86.

"Saya pikir para pedagang sepenuhnya mengantisipasi pembalasan, tetapi tidak pada pasukan AS, yang menyebabkan para pedagang takut langkah selanjutnya oleh AS mungkin merupakan serangan balik ke Iran, yang dapat membuka kaleng cacing lain," kata kata direktur pelaksana Tudor, Pickering, Holt & Co. Michael Bradley, dilansir CNBC, Rabu (8/1).

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

AS-Iran Memanas, Sri Mulyani Siapkan Strategi Bertahan

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengaku akan memantau terus dampak dari ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.

Sebab, kondisi lingkungan global selalu menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

"Jadi kita selalu menjaga APBN, ya kita lakukan saja, kita akan membuat skenario. Sama seperti waktu 2018 itu juga ada gejolak yang cukup tinggi, tahun 2019 juga gejolak tinggi. Kita akan jaga," kata dia, di kantornya, Jakarta, pada Selasa 7 Januari 2020. 

Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan gesekan kedua negara tersebut memang berimbas kepada harga minyak dunia yang meningkat.

Namun, pihaknya akan melihat sejauh mana pergerakan tersebut mengingat target lifting minyak di 2020 diperkirakan sebesar USD 65 per barel.

"Kita akan lihat terus, ini kan Januari baru tujuh hari, kita akan lihat bagaimana pergerakannya. Nanti dampaknya ke APBN kan tentu dipengaruhi variabel-variabel lain, seperti kurs kita bagaimana, kemudian lifting kita nanti seperti apa. Itu semuanya yang kita perhatikan terus," jelas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya