Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Kemenhub Perketat Lalu Lintas Laut

Kalau dinyatakan ada awak kapal yang dicurigai terjangkit virus Corona akan dikirim ke rumah sakit yang telah ditunjuk pemerintah.

oleh Athika Rahma diperbarui 04 Feb 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 10:00 WIB
Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memperketat pengawasan pergerakan manusia dan barang dari China menyusul peningkatan skala epidemi virus Corona yang telah ditetapkan sebagai darurat global oleh WHO beberapa waktu belakangan.

Tak cuma mengawasi jalur perhubungan udara, dimana bakal diberlakukan pemberhentian sementara penerbangan dari dan ke China, Kemenhub juga berupaya untuk menjaga jalur laut.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, Kemenhub akan memberikan perlindungan dan pengawasan di perhubungan jalur laut yang sama ketatnya dengan jalur udara untuk mencegah penyebaran virus Corona.

"Dalam rapat 2 hari ini bersama Presiden, kami akan membahas dan melaporkan hal ini, berapa besar pergerakannya, berapa besar krunya, bagaimana tindak lanjutnya akan kita bahas dengan Presiden. Namun Kemenhub sudah memerintahkan agar di laut harus sama ketatnya dengan di udara," tutur Menhub, sebagaimana ditulis Selasa (04/02/2020).

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Agus Purnomo menyatakan, pemeriksaan kemungkinan terjangkitnya virus Corona terhadap kru kapal telah melalui proses yang ketat sesuai standar Kementerian Kesehatan dan WHO.

"Ini sudah ada SOP-nya, jadi nanti ada tempat tertentu di pelabuhan, yaitu labuh jangkar, di sana Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) akan periksa kru kapal. Kalau dinyatakan ada yang dicurigai terjangkit, akan dikirim ke rumah sakit yang telah ditunjuk pemerintah," jelas Agus.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penerbangan ke China Dihentikan Mulai 5 Februari

Ilustrasi pesawat
Ilustrasi pesawat (Sumber: iStockphoto)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Minggu ini. Salah satu keputusan dalam rapat tersebut adalah penghentian penerbangan ke China mulai 5 Februari 2020.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, rapat di Pangkalan Halim tersebut membahas rencana evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menyusul wabah virus Corona yang melanda negara tersebut.

"Baru saja rapat terbatas yang dipimpin oleh Bapak Presiden dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma," kata Retno seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (2/2/2020). 

Retno menyampaikan beberapa hal yang dibahas dalam rapat tersebut. Pertama, sejumlah 243 orang, termasuk 5 orang Tim Aju (tim pendahulu) yang dipulangkan dari Wuhan, Provinsi Hubei, China, telah tiba dengan selamat di Natuna.

"Mereka akan melalui masa observasi selama 14 hari. Masa observasi ini juga akan dilakukan oleh 42 tim penjemput WNI dari Wuhan, sehingga total orang yang akan menjalankan observasi adalah 285. Sampai saat ini alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat," jelas Retno.

Kedua, Retno mengatakan bahwa Menteri Kesehatan bersama dengan tim akan membuka kantor di Natuna. "Juru bicara dari Menteri Kesehatan dari waktu ke waktu akan menyampaikan update perkembangan," imbuhnya.

Ketiga, Retno menyebut bahwa penerbangan langsung dari dan ke daratan China ditunda untuk sementara mulai hari Rabu, 5 Februari 2020, pukul 00.00 WIB.

Keempat, lanjut Retno, semua pendatang yang tiba dari daratan RRT dan sudah berada di sana selama 14 hari, untuk sementara tidak diizinkan untuk masuk dan melakukan transit di Indonesia.

Kelima, kebijakan pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara RRT yang bertempat tinggal di daratan RRT untuk sementara dihentikan.

"Keenam, pemerintah meminta warga negara Indonesia untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke mainland China," tandasnya.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya