Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan saat ini Inggris tertarik untuk melakukan impor minyak kelapa sawit dari Indonesia. Ketertatikannya ini pasca dirinya kelaur dari Uni Eropa.
Baca Juga
Ditegaskan dia, ini bisa menjadi peningkatan ekspor Indonesia ke Benua Biru mengingat selama ini produk kelapa sawit Indonesia terus mendapat kampanye hitam dari Uni Eropa.
Advertisement
"Ya, tentu pasca Brexit baru minggu ini, mereka (Inggris) mesti perlu dijajaki lagi dan ini tentu menjadi bilateral bukan multilateral," kata Airlangga di Jakarta, Jumat (7/3/2020).
Indonesia saat ini menjadi negara pengekspor minyak kelapa sawit dan produk olahannya terbesar di dunia. Seperti data yang dihimpun Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), tercatat tahun 2019 volume ekspor minyak sawit dan produk olahannya mencapai 35,7 juta ton, atau mengalami kenaikan 4 persen dari tahun 2018.
Smeentara itu, Sekjen GAPKI Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan kabar gembira bahwa minyak sawit Indonesia mengalami peningkatan permintaan di negara-negara Afrika.
"Penetrasi sudah dilakukan beberapa tahun lalu. Sekarang Afrika sudah menyatakan peningkatan permintaan dan support sudah dibilang menyeluruh. Kita sih maunya segera meningkat di tahun ini," paparnya.
Pihaknya pun kini tengah melakukan pemetaan kelapa sawit mulai dari pasar, jalur distribusi dan kalkulasi biaya.
"ini juga lagi kita petakan. Intinya kan Afrika itu luas, kita lihat yang terbesar jalur pengangkatan, kan orang banyak tahunya Afrika Selatan. Kita lagi lakukan kalkulasi kan itu juga termasuk cost," ungkapnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lobi Uni Eropa
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuga melaporkan hasil kunjungannya ke Brussels, Belgia. Di sana, dia membahas kelanjutan perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership (IEU-CEPA), termasuk soal minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Pertemuannya dengan Commissioner European Union dan Deputy Director General yang membidangi perundingan IEU-CEPA itu menghasilkan banyak pembahasan.
Capture-nya banyak, field-nya banyak. Tidak hanya cuman soal umum, tapi juga soal teknis-teknis lainnya. Mulai dari sustainibility, mulai dari SOE, mulai dari perizinan, licensing, dan juga kelapa sawit," ujar Jerry di Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Pada kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan secara tegas kepada Uni Eropa terkait perlakuan diskriminatif terhadap minyak sawit Indonesia.
"Kami mengharapkan perlakuan yang adil, tidak diskriminatif, tidak memblok secara sepihak terhadap minyak sawit kita yang diekspor ke sana. Karena itu tentunya perlakuan yang diskriminatif itu tidak sehat untuk perkembangan perundingan dan juga untuk hubungan secara mutual antara kita dengan negara Uni Eropa," tuturnya..
Advertisement