Strategi Kementan Hadapi Masalah Pangan dan Produksi Saat New Normal

Menghadapi tatanan normal baru di masa pandemi Covid-19, Presiden RI, Joko Widodo meminta berbagai sektor menyiapkan diri agar perekonomian kembali bergeliat, tak terkecuali paling utama sektor pertanian.

oleh Gilar Ramdhani pada 09 Jun 2020, 17:03 WIB
Diperbarui 09 Jun 2020, 17:02 WIB
Strategi Kementan Hadapi Masalah Pangan dan Produksi Saat New Normal
Petani mulai menanam padi.

Liputan6.com, Jakarta Menghadapi tatanan normal baru di masa pandemi Covid-19, Presiden RI, Joko Widodo meminta berbagai sektor menyiapkan diri agar perekonomian kembali bergeliat, tak terkecuali paling utama sektor pertanian. Untuk itu Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan seluruh insan pertanian tetap genjot produksi menjaga ketersediaan pangan namun tetap jalankan protokol pencegahan Covid-19 secara disiplin.

Menurut Mentan SYL di masa new normal ini pertanian tidak bisa diolah dengan cara yang biasa. Namun harus dikerjakan dengan cara lain yang serba maju dan modern.

“Dengan terjadinya Covid-19 ini kita semakin menyadari bahwa pertanian tidak boleh lagi diolah dengan cara yang biasa. Harus ada inovasi dan ide-ide kreatif dalam mengelola pertanian," ujarnya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi juga menyampaikan pada acara Ngobrol Asyik Penyuluhan, Selasa (9/6) melalui virtual, pandemi Covid-19 telah mengganggu sektor pertanian. Seperti sektor produksi, distribusi, bahkan pemasaran. Dampaknya adalah pertumbuhan ekonomi yang juga mandek. Selain itu, FAO juga telah memperingatkan adanya ancaman musim kemarau panjang yang bisa berdampak pada krisis pangan.

“Kita harus perbaiki manajemen distribusi. Daerah yang surplus komoditas tertentu, bisa didistribusikan ke daerah sekitar yang membutuhkan. Antisipasi kemarau, terutama yang berkaitan dengan ketersedian beras nasional. Karenanya kita harus terus tanam manfaatkan setiap lahan yang ada,” ujar Dedi.

Lebih lanjut dikatakan Dedi, Kementerian Pertanian juga tengah menyiapkan 3 strategi soal pangan dalam menghadapi new normal.

Pertama adalah Agenda SOS/emergency. Tujuannya untuk menjaga stabilitas harga pangan, meningkatkan NTP menjadi 103, membangun stok penyangga 11 komoditas pangan, pengembangan pasar dan Toko Tani Indonesia (TTI), serta jaringan pengaman sosial bagi petani.

“Selain agenda SOS ada juga agenda jangka menengah yaitu memaksimalkan ekspor, intervensi industry agriculture untuk melindungi pegawai, pelaksanaan padat karya (pemberian benih/bibit dan saprodi), pengembangan Kostratani. Kemudian agenda jangka panjang dengan meningkatkan produksi, ekspor tiga kali lipat, penurunan gagal panen 5%, mendorong pertumbuhan 2,5 juta petani milenial 2,5 juta, optimalisasi lahan rawa, persiapan infrastruktur, intervensi bahan pangan lokal, dan menyiapkan cadangan beras,” paparnya.

 

Penyuluh dan Petani Genjot Produksi

 

Dedi juga meminta penyuluh tetap turun ke lapangan mendampingi petani, turun ke sawah dan mendorong petani melakukan percepatan tanam menggunakan sistem pengolahan tanam menggunakan varietas benih yang baik dan gunakan alsin.

Selain itu Dedi juga menjelaskan, penyuluh pertanian dalam tatanan new normal wajib menggunakan masker, menjaga jarak, cuci tangan, rutin berolahraga, tidak melakukan kontak fisik. Sementara di tempat kerja, harus ada pengaturan jam kerja yang tidak panjang, bila tidak sehat bekerja di rumah, area kerja higienis, sering cuci tangan, gunakan hand sanitizer, mengatur asupan nutrisi makanan yang cukup dan jaga jarak.

“Bagaimana aktivitas penyuluhan di Kostratani, tetap sama patuhi protokol pencegahan covid-19, dan lakukan penyuluhan secara virtual, sosialisasi dan edukasi masyarakat. Intinya penyuluh sehat, petani sehat maka produktivitas pertanian berjalan dengan baik, pangan aman dan pandemi Covid-19 bisa kita lawan," tegas Dedi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya