Banyak UMKM Indonesia akan Bangkrut di Desember 2020?

OECD menyebut hampir separuh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia akan bangkrut pada Desember 2020.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Jun 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2020, 18:30 WIB
Perlambatan Kredit UMKM
Seorang perajin menyelesaikan pembuatan sepatu di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Pengamat menilai perlambatan pertumbuhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berpotensi tidak akan berlanjut pada tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan menurut catatan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebut hampir separuh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia akan bangkrut pada Desember 2020.

“Catatan dari OECD mengingatkan bahwa dampaknya setelah Desember yang mereka asumsikan hampir separuh UMKM akan gulung tikar, maka kami mulai mempersiapkan diri memikirkan agenda stimulus baru nanti UMKM yang kreditnya macet dan sebagainya,” kata Teten dalam satu diskusi online dengan KoinWorks, Jumat (12/6/2020).

Meskipun begitu, Teten menyebut ada sejumlah UMKM yang justru sekarang tumbuh dengan baik apalagi UMKM yang sudah terhubung ke ekosistem digital. Namun ia menyayangkan baru 13 persen yang terhubung ekosistem digital baru 8 jutaan, sehingga 87 persen masih offline.

Kendati begitu, Menteri Teten menanggapi hal tersebut, setidaknya secara bertahap pencapaian UMKM beralih ke digital diharapkan akan terus meningkat. Maka program prioritas pemerintah terkait transpormasi UMKM dari offline ke online akan dipercepat.

Leboh lanjut ia mengatakan bahwa saat ini banyak UMKM yang berhasil melakukan adaptasi dengan situasi baru pandemi covid-19 ini, banyak UMKM yang banting setir membuat produk-produk yang dibutuhkan market, misalnya kebutuhan makanan pokok, kebutuhan pribadi yang berkaitan dengan kesehatan, bahkan makanan siap saji.

“Mereka bisa menjual produk siap saji yang dijual belikan secara online. Melihat hal ini tentunya ada inovasi-inovasi, maka ke depan inovasi-inovasi ini penting, karena aka nada perubahan perilaku konsumen ke online. Diusakan sektor makanan dan minuman terjaga, memang tren ke depan akan menjadi penting,” ujarnya.

Ia pun menyampaikan akan banyak bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk marketplace yang ada di Indonesia, dan lembaga lainnya untuk menyiapkan UMKM go digital.   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jurus Menkop Dorong UMKM Bersaing dengan Merek Terkenal

Berburu Aneka Produk di UMKM Export BRILian Preneur 2019
Pengunjung melihat kerajinan dalam pameran UMKM Export BRILian Preneur 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (20/12/2019). Di sini pengunjung bisa berkonsultasi seputar bisnis, branding, packaging, perizinan ekspor, hingga perizinan sertifikasi halal. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki akan mengkonsolidasi brand-brand Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang kecil menjadi brand besar agar UMKM mampu bersaing dengan brand terkenal lainnya di marketplace.

“Kami menyiapkan beberapa  langkah, karena di UMKM brand-nya belum puas sementara di market online bersaing, ini kita punya rencana untuk mengkonsolidasi brand-brand UMKM kecil yang brand-nya belum baik akan kita dorong memiliki brand bersama, sehingga penetrasi terhadap pasar akan semakin kuat, hal ini juga diterapkan oleh Jepang,” kata Teten dalam satu diskusi online dengan KoinWorks, Jumat (12/6/2020).

Karena menurutnya tidak semua UMKM punya kemampuan untuk masuk ke market online dengan mudah, karena keterbatasan kapasitas produksi yang tidak memadai, sehingga pihaknya di Kementerian Koperasi dan UKM akan mendorong agar pelaku UMKM bisa memanfatkan keadaan pandemi covid-19 ini untuk go digital.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa UMKM ini merupakan mayoritas pelaku usaha di Indonesia, sebanyak 99,9 persen di Indonesia adalah pelaku usaha UMKM. Kenapa UMKM begitu banyak? menurutnya karena sektor formal belum bekerja dengan baik sehingga banyak orang yang buka warung atau usaha sendiri.

“Kalau kita bicara menata perekonomian Indonesia, dalam pemberdayaan UMKM banyak juga, tapi kita harus mendorong UMKM di level  ultra mikro dan mikro, serta evaluasi usaha ultra mikro dan mikro ini,” ujarnya.

Apabila dibandingkan dengan situasi usaha pada tahun 1998 memang berbeda, dulu tahun 1998 UMKM menjadi penyelamat ekonomi, namun saat ini narasinya berbeda justru yang terdampak UMKM baik sisi supply maupun demand.

Maka kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional memberikan perhatian besar terhadap UMKM baik bantuan sosial, maupun insentif pajak, relaksasi kredit, dan perluasan pembiayaan.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya