Belum Pernah Terjadi, Ekonomi Dunia Diprediksi Minus 7 Persen

Sebagai dampak resesi ekonomi dunia banyak masyarakat yang tidak bisa bekerja dan terancam sumber pendapatannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2020, 13:40 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2020, 13:40 WIB
Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Corona yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia ternyata membuat perekonomian dunia terpuruk. Bahkan World Bank atau Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia akan merosot hingga minus 5,2 persen di 2020.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang turun cukup tajam tersebut belum pernah terjadi. Bahkan OECD, membuat dua skenario single hit sebesar minus 6 persen sementara untuk double hit sebesar minus 7 persen.

"Di Juni 2020, World Bank memprediksi ekonomi dunia akan terkontraksi -5,2 persen bahkan OECD mengajukan 2 skenario single hit dan double hit. Single hit -6 persen, double hit -7 persen. Ini belum pernah terjadi di dunia dalam hidup kita," ujarnya melalui diskusi online, Jakarta, Rabu (17/6).

Febrio melanjutkan, sebagai dampak resesi global banyak masyarakat yang tidak bisa bekerja dan terancam sumber pendapatannya. Jika tidak diantisipasi segera maka berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian dan sistem keuangan secara keseluruhan.

"Untuk mencegah itu seluruh dunia mengambil langkah luar biasa untuk menyelamatkan manusia dan ekonominya. Stimulus fiskal dalam jumlah yang sangat besar disiapkan. Singapura, Amerika, Malaysia mengeluarkan stimulus fiskal lebih dari 10 persen dari PDB nya masing-masing," paparnya.

Dia menambahkan, penanganan dampak pandemi Virus Corona di berbagai negara di kelompokkan menjadi empat bagian penting. Mulai dari penanganan langsung Covid-19 di sektor kesehatan hingga melakukan mitigasi sektor keuangan dengan menjaga penopang ekonomi tetap bergerak.

"Secara umum, penanganan Covid di berbagai negara dapat dikelompokkan dalam 4 kategori. Pertama, penanganan langsung Covid-19 di sektor kesehatan, perluasan social safety net, stimulus dunia usaha dan mitigasi sektor keuangan. Bagi Indonesia penyusunan kebijakan ekonomi makro 2021 dilakukan dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi sebagai dampak sosial ekonomi akibat Covid-19," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

Bank Dunia: Ekonomi Global Akan Menyusut 5,2 Persen Tahun Ini

Pertumbuhan Ekonomi 2020 Kembali Meleset dari Target
Seorang pria mengambil gambar suasana gedung bertingkat di kawsan Jakarta, Kamis (26/12/2019). Pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5,2%, berada di bawah target APBN 2020 sebesar 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya Bank Dunia mengeluarkan proyeksi kondisi perekonomian negara-negara di dunia. Lembaga ini menilai pandemi Covid-19 dan langkah-langkah penguncian guna mencegah penyebaran virus telah membuat ekonomi dunia kacau balau.

Bahkan ketika negara-negara di dunia membuka kembali membuka kegiatan, Bank Dunia memperkirakan tahun ini dunia akan mengalami resesi global terdalam dalam 80 tahun.

Pandemi itu, yang telah menginfeksi sekitar tujuh juta orang di seluruh dunia, membuat negara-negara memerintahkan warganya untuk tinggal di rumah dan bisnis agar terhenti.

Laporan Bank Dunia, seperti melansir laman CNN, Selasa (9/6/2020), menyebutkan jika produk domestik bruto dunia--ukuran pertumbuhan ekonomi--akan berkontraksi 5,2 persen pada tahun ini.

Meskipun berbagai negara di dunia telah meluncurkan berbagai langkah dan stimulus sebagai bentuk dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Nilai kucuran stimulus mencapai triliun dolar Amerika Serikat (AS) yang dikerahkan untuk membantu perusahaan bertahan, membantu konsumen, dan membuat pasar keuangan berfungsi dengan baik.

Namun, ekonomi maju, seperti Amerika Serikat atau Eropa, diproyeksikan menyusut sebesar 7 persen. Ekonomi Amerika diperkirakan berkontraksi 6,1 persen sebelum rebound pada 2021.

Bahkan kurtal ini hampir pasti akan menjadi massa yang terburuk bagi negara Barat. Sementara sebagian besar negara di Asia merasakan beban paling berat dari wabah adalah pada bulan-bulan pertama tahun ini.

Ekonomi China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, diproyeksikan tumbuh 1 persen pada tahun ini, turun dari 6,1 persen pada 2019, sebelum bisa bangkit kembali.

Resesi pandemi juga akan meninggalkan dampak ke sektor lain seperti investasi akan rendah dalam jangka pendek, dan perdagangan global serta rantai pasokan akan terkikis sampai batas tertentu.

Selain itu, jutaan orang kehilangan pekerjaan. Ini salah satunya menyebabkan pukulan terbesar ke pasar tenaga kerja Amerika sejak Great Depression.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya