Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Budi Gunadi Sadikin meminta agar seluruh perusahaan besar pelat merah memperhatikan saudaranya, salah satunya adalah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Hal ini disampaikannya dalam acara penandatanganan kerjasama antara PT Pertamina (Persero) dengan BUMN Galangan Kapal Kluster Industri Manufaktur, Selasa (14/7/2020).
Menurut Budi, Pertamina dapat mengoptimalkan Perjanjian Potensi Kerja Sama ini agar harga dan kualitas yang diperoleh tetap sesuai, namun dapat mendorong perputaran ekonomi di dalam negeri. Budi berharap, di tengah Covid-19 ini, Pertamina maupun sesama BUMN lainnya dapat saling membantu sehingga kerjasama kedepan bisa lebih baik lagi.
Baca Juga
"Jadi saya juga titip Pak Hari (Dirut Barata), kalau ini sudah dikasih proyek sama Ibu Nicke (Dirut Pertamina) ya kalau bisa belinya dari Krakatau Steel. Kalau Krakatau Steel harganya enggak bagus ya panggil Pak Silmi (Dirut KS) minta harga yang bagus," kata Budi.
Advertisement
Lebih lanjut, Budi membeberkan kondisi perseroan Krakatau Steel tengah tidak baik. Oleh karenanya, ia mengajak Pertamina beserta BUMN lain untuk membantu perusahaan produsen baja tersebut, dengan cara membeli hasil produksi Krakatau Steel.
Di sisi lain, Budi menilai langkah pembelian bahan baku lewat Krakatau Steel juga sebagai upaya pemerintah meningkatkan industri dalam negeri lewat peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri.
"Bersedekah ke Krakatau Steel. Mudah-mudahan dirut-dirut BUMN tidak lupa sedekah ke Krakatau Steel. Karena KS kondisinya sedang susah," pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Raup Untung Rp 1 Triliun, PT Krakatau Steel Masih Butuh Dana Talang Pemerintah
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) setelah sewindu (8 tahun) merugi, akhirnya mampu membukukan keuntungan pada kuartal I 2020 mengantongi laba bersih USD 74,14 juta atau setara Rp 1 triliun.
“Kita bisa wujudkan peningkatan EBITDA yang signifikan di kuartal I kita bisa membukukan keuntungan secara konsolidasi sebesar Rp 1 triliun, itu di dapat utamanya dari penghematan yang kita lakukan, terjadi penurunan signifikan dari semula OPEX USD 33 juta per bulan menjadi sekitar USD 15 juta per bulan,” kata Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim, dalam Rapat Dengar PEndapat (RDP) dengan DPR, RAbu (8/7/2020).
Di mana KRAS sudah melaksanakan proses restrukturisasi dan reformasi pada 12 Januari 2020, telah merestrukturisasi hutang sebesar USD 2,2 miliar atau Rp 31,7 triliun (USD1= Rp 14,431).
“Kita lakukan ini dalam rangka merestrukturisasi, yang mana ada tiga hal yang kita lakukan restrukturisasi baik itu hutang, bisnis, dan transformasi,” ujarnya.
Namun, dengan adanya pandemi covid-19 ini telah membuat kegiatan operasional dan produksi di industri baja, dan industri pengguna mengalami penurunan yang signfikan berkisar 30-50 persen, yang mengakibatkan beberapa produsen menurut lini produksinya, karena rendahnya utilisasi produksi.
“Dengan kondisi pandemic covid-19, terjadi penurunan permintaan industri baja hilir dan industri pengguna, sehingga terjadi penjualan sebesar 30,56 – 35,36 persen dari target awal PT KS,” ujarnya.
Advertisement
Penjualan Turun
Tentunya, menurut Silmy penurunan penjualan ini mengakibatkan penurunan EBITDA perseroan sebesar 78,70 – 79, 22 persen di tahun 2020.
Posisi KRAS sebagai penyedia produk baja hulu menjadikan industri hilir dan industri pengguna banyak bergantung pada operasional KRAS dan industri tersebut saat ini terpukul akibat penurunan permintaan dan kesulitan cashflow.
Oleh karena itu, Silmy mengusulkan untuk mendapatkan dana talang untuk mendukung pinjaman modal kerja Pemerintah sebesar Rp 3 triliun, maka KRAS dapat memberikan relaksasi pembayaran kepada konsumen yang menggerakkan bisnis industri hilir dan industri pengguna.
“Sehingga terjadi peningkatan penjualan 6,48-6,81 persen. Dengan pemulihan tingkat penjualan in maka PTKS diproyeksikan dapat meningkatkan EBITDA-nya 24,54 – 27,55 persen dari kondisi semula,” pungkasnya.