Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah berkali-kali menghadapi berbagai situasi krisis. Pengalaman tersebut membuat para pelaku usaha kecil tersebut dapat cepat banting setir melakukan perubahan bisnis.
Respons berbeda justru diberikan perusahaan besar di tengah situasi krisis seperti saat ini. Menurut Teten, korporasi raksasa cenderung berhati-hati saat pandemi dengan menunda ekspansi bisnis dan investasi sembari menunggu situasi ekonomi membaik.
"Di UMKM karena sifatnya ini langsung berpengaruh pada dapur mereka, mereka tidak bisa menunda investasi. Mereka tidak bisa menunda usaha, mereka harus terus berusaha supaya dapur tetap ngebul," ujar Teten dalam sesi webinar, Kamis (8/10/2020).
Advertisement
Teten turut menceritakan peran UMKM di masa krisis sebelumnya, seperti pada era reformasi 1998. Pada saat itu, UMKM disebutnya tampil menjadi pahlawan penyelamat ekonomi nasional.
"Saat ini barangkali UMKM narasinya berbeda. Kita harus pastikan UMKM pada saat ini justru bisa jadi penyangga ekonomi nasional, paling tidak untuk tidak menambah jumlah pengangguran dan jumlah angka kemiskinan yang semakin tajam," tuturnya.
Oleh karena itu, ia berujar, pemerintah membaca bahwa sisi supply dan demand sektor usaha kecil menjadi yang terpenting untuk dipertahankan dalam tahap survival saat ini.
Secara kebijakan, Teten menuturkan, pemerintah memberikan sejumlah bantuan dan keringanan seperti program restrukturisasi pinjaman selama 6 bulan, termasuk penyaluran ghibah modal kerja untuk UMKM yang unbankable.
"Dari sisi demand masuk ke belanja negara, termasuk belanja BUMN. Karena resesi ini daya beli masyarakat betul-betul terganggu, konsumsi masyarakat terganggu, padahal selama ini ekonomi kita digerakan oleh konsumsi masyarakat. Tapi karena banyak kehilangan pendapatan, pekerjaan, maka beban daya beli sekarang diambil pemerintah," ungkapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Menteri Teten: Banyak Karyawan Jadi Pengusaha, Persaingan UMKM Makin Ketat
Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, banyaknya masyarakat yang beralih profesi berjualan produk UMKM selama pandemi covid-19 menimbulkan persaingan yang ketat di level UMKM.
Adanya kebijakan pemerintah terkait pembatasan sosial di masa pandemi covid-19, memaksa para pekerja di sektor formal harus kehilangan pekerjaan, di PHK sementara, dirumahkan dan sebagainya. Mereka pun akhirnya membuka usaha sendiri. Bahkan sekelas pilot, dokter gigi dan kelompok profesional lainnya ada yang berjualan dari rumah baik secara offline maupun online.
“Saya kira ini suatu hal yang wajar, cuma memang akibatnya apa persaingan di UMKM sekarang menjadi semakin tinggi, jumlah UMKM ini sudah besar sekali 64 juta. Di Jakarta saja di 1 RW ada 100 rumah dan warung ada 25 buah, sekarang berarti harus nambah lagi jadi persaingan di bawah ini,” kata Teten dalam acara Berani Berubah: Cara Kreatif Bertahan di Masa Pandemi, Rabu (7/10/2020).
Sehingga pasar dari pelaku UMKM yang sudah ada selama ini akhirnya harus terbagi dengan UMKM baru berdiri di masa pandemi. Kendati begitu, ia mengapresiasi pelaku UMKM yang melakukan adaptasi bisnis dan melakukan inovasi produk.
“Saya melihat ada beberapa hal yang alih profesi karena memang tidak ada pilihan lain, tetapi juga UMKM di tengah pandemi covid ada yang melakukan adaptasi bisnis dan inovasi produk yang mungkin menyesuaikan dengan market yang baru,” ujarnya.
Lantaran permintaan saat pandemi ini tidak terbatas pada kebutuhan pokok saja, melainkan muncul permintaan di sektor lain, seperti pemeliharaan kesehatan, home decor, tanaman hias, ikan hias, kata Teten, menjadi produk yang sedang naik daun saat ini.
“Orang sekarang di rumah juga lebih senang mempercantik rumah, jadi produk-produk home decor juga meningkat. Ini yang saya kira kecerdasan UMKM dalam merespons perkembangan market yang baru atau banting setir agar bisa bertahan,” pungkasnya.
Advertisement