Potensi Pengembangan Lahan Sagu di Indonesia Capai 5,5 juta Hektare

Malaysia dan Filipina juga memanfaatkan tanaman sagu sebagai pengganti beras.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2020, 17:40 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2020, 17:40 WIB
Produksi Tepung Sagu
Gambar pada 9 Februari 2020 menunjukkan pekerja membawa potongan pohon sagu untuk diolah menjadi tepung di sebuah desa di Meulaboh, provinsi Aceh. Berwarna putih agak pucat, tepung ini sering digunakan untuk pembuatan berbagai makanan dan masakan. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia punya potensi untuk mengembangkan lahan sagu seluas 5,5 juta hektare. Namun sayangnya, potensi lahan sagu tersebut pemanfaatannya baru 5 persen.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pelaku industri dapat memaksimalkan pemanfaatan lahan sagu yang ada di Indonesia. Jangan sampai potensi lahan yang besar tersebut justru tidak dimanfaatkan dan kalah dengan negara lain.

Tanaman sagu bukan hanya ditanam di Indonesia saja. Menurutnya, negara-negara lain seperti Malaysia dan Filipina juga memanfaatkan tanaman tersebut sebagai pengganti beras.

"Ini menggelitik, karena kita harus hati-hati, jangan sampai sebetulnya lahan sagu yang ada di Indonesia segitu luas sampai jutaan hektar, tapi nanti pengembangan sagu dan industri sagu hilir, jangan sampai negara-negara tersebut lebih maju dari Indonesia," kata dia dalam Peluncuran Pekan Sagu Nasional 2020, di Jakarta, Selasa (20/10/2020).

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat bahwa Indonesia memiliki potensi lahan sagu mencapai 5,5 juta hektare. Sagu ini bisa menjadi alternatif pangan yang sehat dan bergula rendah selain beras. Namun demikian, pemanfaatannya baru mencapai 5 persen saja.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Momon Rusmono menyatakan, dari jumlah tersebut lahan yang baru dioptimalkan baru sekitar 314.000 hektare saja.

"Dari 5,5 juta hektare, baru 314.000 hektare saja yang digunakan, itu pun dengan provitas 3,57 ton per hektare, yang sebenarnya bisa ditingkatkan jadi 10 ton," ujar Momon dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/10).

Momon menjelaskan, provitas yang rendah ini disebabkan oleh metode pengolahan yang masih tradisional. Sebagai informasi, hampir 96 persen lahan sagu ini dimanfaatkan oleh perkebunan rakyat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Optimalisasi

Produksi Tepung Sagu
Gambar pada 9 Februari 2020 menunjukkan pekerja menggiling batang pohon sagu menjadi tepung di sebuah desa di Meulaboh, provinsi Aceh. Tepung sagu adalah jenis tepung yang berasal dari pohon rumbia atau pohon aren, dan pohon jenis ini banyak ditemukan bagian timur. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Untuk itu, Kementan menyiapkan beberapa kebijakan agar optimalisasi sagu menjadi bahan pangan pokok alternatif beras bisa terjadi.

Kebijakan itu berupa perluasan area tanaman sagu serta upaya peningkatan produktivitas dan peningkatan kualitas dari sagu itu sendiri.

"Untuk produktivitas ini tentu teman-teman LitBang agar provitas meningkat, lalu kualitas (ditingkatkan) melalui fasilitasi sarana prasarana sagu dan diversifikasi produk tidak hanya untuk papeda namun juga yang lain," kata Momon.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya