Tantangan Bisnis Kurir di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi covid-19 telah banyak mempengaruhi perubahan dalam sektor bisnis, termasuk bisnis kurir.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2020, 09:30 WIB
Ilustrasi kurir (iStock)
Ilustrasi kurir (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi covid-19 telah banyak mempengaruhi perubahan dalam sektor bisnis, termasuk bisnis kurir. Salah satu tantangan pada hampir semua industri adalah melakukan efisiensi dalam berbagai bentuk.

Direktur PaketKu, Firmanysah mengatakan, untuk itu, perusahaan express delivery berbasis teknologi tersebut bekerja sama dengan perusahaan teknologi logistik, yakni Loggis.id, untuk meningkatkan layanan tepat waktu dengan harga yang kompetitif kepada pelanggan.

"Walaupun untuk bisnis kurir tetap terjadi kenaikan, namun kami tetap harus berpikir untuk melakukan berbagai efisiensi, tentunya untuk bisa memberikan layanan lebih baik lagi terhadap pelanggan. Kami yakin kerjasama ini bisa memberi solusi teknologi dalam bisnis logistik yang kami butuhkan," kata Firmanysah, seperti dikutip dari merdeka.com, Sabtu (28/11/2020).

Dia berharap, kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan kepuasan konsumen, meningkatkan efisiensi kerja, dan memastikan proses pengiriman mulai dari hulu ke hilir dengan aman, termonitor hingga barang yang diterima konsumen dalam kondisi terjaga baik dan tepat waktu.

CEO Loggis.id, Horasi mengatakan, pihaknya mampu dapat memberi solusi teknologi yang menghubungkan dan mengatur semua bagian dalam ekosistem logistik. Sistem teknologi LoggisEngine mampu memberikan solusi yang disesuikan dengan kebutuhan para partner secara andal dan aman.

"Kami sadar betul dalam bisnis logistik banyak tantangan hampir di setiap proses mulai dari pengiriman hingga penerimaan di sisi pelanggan. LoggisEngine memberikan solusi spesifik kepada PAKETKU dalam proses pengadaan transportasi (transportation sourcing) untuk menangani kekurangan armada di saat-saat terakhir (last minute)," jelasnya.

Selain itu, LoggisEngine adalah modul planning yang fleksibel dan mampu tanggap dalam mengatasi berbagai skenario perencanaan pengiriman yang makin kompleks untuk PAKETKU misalnya konsolidasi, pooling, dan continuous moves (deadhead & transfer).

"Semua proses ini dilakukan langsung di dalam sistem yang tentunya akan menghemat waktu perencanaan dan menjaga akuntabilitas dari perhitungan rugi-laba setiap pengiriman," urainya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kisah Kurir Berkaki 1 Punya Misi Mengantarkan 1 Juta Paket

Ilustrasi kurir (Pixabay)
Ilustrasi kurir (Pixabay)

Kondisi khusus bukanlah alasan untuk tak berdaya. Pesan itulah yang hendak disampaikan seorang kurir berkaki satu asal Tiongkok bernama Shen Guangyu.

Demi membuktikannya, Shen bahkan punya misi mengantarkan satu juta paket. Melansir laman South China Morning Post, Kamis, 20 Agustus 2020, setiap hari ia melewati jalan-jalan Shanghai guna memenuhi misi tersebut.

"Saya mendistribusikan kurang lebih 260 hingga 270 paket setiap hari. Angkanya bisa jauh lebih tinggi di musim-musim ramai. Biasanya setelah September saat banyak promo. Saya sangat sibuk di waktu-waktu itu," tuturnya.

Shen kehilangan satu kakinya di usia enam tahun saat terjebak di pompa air di sebuah sawah. Beberapa tahun dilalui Shen dengan bekerja memperbaiki sepatu sebelum menyadari panggilan di bidang layanan pengantaran paket.

"Saya mengendarai motor roda tiga saya untuk mengantarkan paket. Awalnya saya tak mau turun dari kendaraan saya, takut orang membicarakan kebutuhan khusus saya. Tapi, saya lama-lama terbiasa," ucapnya.

Ia pun merasa lebih termotivasi setelah mendapat dukungan dari tak sedikit orang. "Lalu, saya jadi lebih senang bekerja sebagai seorang kurir," imbuh Shen. 

Selama lima tahun terakhir, Shen dilaporkan telah mengantarkan 500 ribu paket. Ia sudah berada di titik separuh dari total targetnya, yakni satu juta paket.

Shen pun jadi contoh lain bahwa sudah semestinya banyak pihak setop menghasihani para penyandang disabilitas. Emosi ini dikatakan malah membuat mereka jadi tak berdaya dan tak bisa hidup normal.

Rasa kasihan, kata Founder Difalink Ni Komang Ayu Suriani, beberapa waktu lalu, akan lebih bermakna ketika diterjemahkan ke sesuatu, diutamakan tindakan berdampak baik bagi penyandang disabilitas. Salah satunya dengan tak membedakan saat bekerja bersama difabel.

"Jangan berpikir mereka dipekerjakan karena kasihan, cuma memenuhi kuota. Mereka jadi tersinggung, tidak betah kerja. Padahal, mau masuk kan ada kategori yang harus dipenuhi. Tidak jauh berbeda dengan orang biasa," papar Suri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya