Konsumsi Beras Nasional Turun, Masyarakat Mulai Sadar Kesehatan

Faisal Basri mengamini jika saat ini stok beras nasional Indonesia dalam posisi surplus

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mar 2021, 16:19 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2021, 16:19 WIB
Musim Kemarau, Harga Gabah Petani Alami Kenaikan
Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (4/8/2019). Kurangnya pasokan beras dari petani akibat musim kemarau menyebabkan harga gabah naik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri mengamini jika saat ini stok beras nasional Indonesia dalam posisi surplus. Namun, surplus ini dinilai lebih disebabkan akibat turunnya konsumsi beras di dalam negeri.

"Dari informasi yang saya miliki, produksi beras sama ada kecenderungan naik terus walaupun naiknya landai. Kemudian konsumsinya juga turun terus," ujar dia dalam webinar bertajuk Reformulasi Kebijakan Perberasan, Senin (22/3/2021).

Faisal Basri mengungkapkan, turunnya konsumsi beras nasional sendiri diakibatkan oleh dua faktor. Pertama, kesuksesan pemerintah menerapkan program diversifikasi pangan beras.

"Saya dapat kiriman dari Menteri Pertanian pangan non beras. Itu yang lebih sehat tapi harganya lebih mahal. Tapi saya bersedia membeli lebih mahal untuk produk yang lebih aman dan lebih ramah lingkungan," bebernya.

Kedua, terus bertumbuhnya jumlah kelompok middle class. Menurutnya, ini mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi sumber pangan dengan kandungan karbohidrat yang lebih sehat.

"Sehingga middle class itu tidak banyak lagi mengonsumsi pangan atau pengeluaran berasnya relatif kecil. Ini sudah tren dari kelas menengah," bebernya.

Maka dari itu, dia bilang, penurunan tren konsumsi beras ini turut berkontribusi dalam penciptaan surplus beras saat ini. "Jadi, kita sebetulnya potensi surplus dan ini hasil dari kebijakan yang disampaikan oleh pak Anang (Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas)," tutupnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Srplus 12 Juta Ton

Kementan Targetkan 8,2 Juta Hektare Sawah untuk 20 Juta Ton Beras
Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memprediksi, ketersediaan pangan menjelang bulan puasa dan hari raya idulfitri 2021 dalam keadaan cukup. Bahkan, untuk komoditas beras diperkirakan surplus hingga 12 juta ton.

"Perkiraan produksi dalam negeri perkiraan impor dan kebutuhan pangan masyarakat yang ada. Prognosa neraca pangan pokok sampai Mei 2021 diperkirakan dalam keadaan cukup, beras diperkirakan surplusnya di atas kurang lebih 12 juta ton," kata Menteri Pertanian dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI membahas Persiapan dan Ketersediaan Pangan menghadapi Bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan, Kamis (18/3).

Begitu juga untuk komoditas jagung diperkirakan mengalami surplus sebanyak 2,4 juta ton. Menteri Syahrul menjabarkan, untuk komoditas beras yang surplus dikarenakan pada Maret-April 2021 memasuki panen raya.

"Sampai dengan perhitungan minggu ke II Maret 2021 menunjukkan stok beras yang tersimpan di berbagai tempat seperti Bulog, penggilingan, pedagang, Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dan lainnya total stok mencapai kurang lebih 6 juta ton," ujarnya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya