Pabrik Baterai Mobil Listrik Mulai Berproduksi 2023, Jadi Investasi Terbesar buat Indonesia

Pabrik baterai mobil listrik merupakan proyek investasi antara konsorsium asal Korea Selatan LG dengan PT Industri Baterai Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jun 2021, 14:13 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2021, 14:13 WIB
Baterai Mobil Listrik
Warna biru itu merupakan baterai di mobil listrik (Foto: Electrek).

Liputan6.com, Jakarta Pabrik baterai sel (battery cell) bagi kendaraan atau mobil listrik di Indonesia akan mulai beroperasi dan berproduksi pada 2023. Pabrik tersebut baru dibangun pada akhir Juli 2021.

Pabrik baterai sel tersebut merupakan proyek investasi antara konsorsium asal Korea Selatan LG dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), di mana pada tahap pertama, kapasitas produksinya akan mencapai 10 giga watt per hour.

"Insya Allah ini akan berproses dan berproduksi di tahun 2023 akhir untuk tahap pertama 10 giga," kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia seperti melansir Antara, Kamis (24/6/2021).

Bahlil menuturkan, investasi pembangunan industri baterai kendaraan listrik terintegrasi itu merupakan yang terbesar, bahkan di dunia. Nilai investasi pabrik baterai mobil listrik mencapai USD 9,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun.

"Ini investasi terbesar Indonesia pascareformasi dan itu dibangun dari hulu ke hilir, dari mining (pertambangan), smelter, prekursor, katode, baterai sel sampai recycle pun, daur ulangnya di Indonesia," katanya.

 

Saksikan Video Ini

Dari Hulu ke Hilir

Bahlil Lahadalia
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Bahlil menjelaskan, pada Juni ini pihaknya akan menandatangani perjanjian untuk memulai pembangunan pabrik baterai sel.

"Pembangunan battery cell Insya Allah akan kita lakukan di bulan Juli akhir atau awal Agustus, groundbreaking pertama," katanya.

Bahlil mengungkapkan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik memang sengaja dimulai di bagian hilir, baru kemudian bagian hulunya.

Itu karena pemerintah tidak ingin terjadi ekspor bahan setengah jadi jika industri hulunya dibangun lebih dahulu.

"Jadi kita hajar dari hilirnya baru hulu. Bukan hulunya (dulu). Kenapa? Kita mencegah bahan baku kita seminimal mungkin, kita harus jaga agar tidak diekspor menjadi setengah jadi," katanya.

 LG pun, tambah mantan Ketua Umum Hipmi itu, merupakan salah satu pemain baterai mobil listrik dunia.

"Ini satu project yang menurut LG dan kajian beberapa perusahaan, ini merupakan yang terbesar di dunia," pungkas Bahlil.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya