Indeks Kesehatan Laut Indonesia Masih di Angka 65, Apa Artinya?

Indeks Kesehatan Laut atau Ocean Health Index kini sedang jadi perhatian di Indonesia.

oleh Arief Rahman H diperbarui 12 Okt 2021, 16:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2021, 16:30 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi sampah plastik di laut. (dok. unsplash @naja_bertolt_jensen)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Kesehatan Laut atau Ocean Health Index kini sedang jadi perhatian di Indonesia. Bahkan, pakar kelautan menyoroti bahwa penilaian indeks tersebut bisa dilakukan setiap tahun.

Pakar Modeling dan Hydro Oceanografi, Widodo Pranowo menyebutkan bahwa angka indeks kesehatan laut Indonesia masih di angka 65 atau bisa dikatakan cukup rendah. Ia menyebut, angka ini mengacu pada pendataan yang telah lama dilakukan.

Sehingga ia berharap bisa dilakukan pembaruan data tersebut.

“Sudah ada skornya 65 untuk indonesia, sudah lama belum di update, agak seret, harusnya idealnya per tahun, kita harus punya dua track, research, dan implementasi,” katanya dalam Bincang Bahari bertajuk Penerapan Komitmen Ocean Health demi Ekonomi Berkelanjutan, Selasa (12/10/2021).

Widodo menuturkan bahwa kondisi kelautan Indonesia termasuk pada kondisi rentan karena diapit oleh dua samudera, yakni samudera pasifik dan atlantik. Dengan demikian, laut Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk bisa tercemar.

“Air laut itu mengalir dan tak akan stop berhenti, kalau ada pencemaran di samudera pasifik dia akan terbawa ke indonesia, apapun itu, misalnya limbah nuklir itu bisa ke indonesia, walaupun ke di Indonesia kadarnya sedikit, karena diurai air laut,” tuturnya.

Selain itu, terkait isu pencemaran dari mikro plastik yang baru-baru ini sedang lebih lanjut disoroti. Ia menyebut ini juga bisa mencemari laut indonesia karena dibawa dari samudera pasifik.

“Dari situ mungkin di indonesia kadarnya sedikit, diketahui dari selat Makassar air laut lewat itu 11 juta meter kubik per detik, jadi bisa menghancurkan segitu banyak macam pencemaran,” katanya.

Selain itu, ia juga turut menyertakan data pencemaran yang terjadi di bagian pesisir Indonesia sejak tahun 2014-2021. Pada tampilan ini, ia menunjukkan adanya pencemaran dari minyak yang tumpah dilihat dari citra satelit.

Diketahui, ada dua warna yang terlihat yang menunjukkan adanya pencemaran, pencemaran sekitar 2014-2017 dicitrakan dengan warna cokelat dan 2018-2021 dengan warna merah.

“Merah itu kondisi terbaru, 2018-2021, tapi coklat-coklat 2014-2017, dan itu cukup banyak sekali, bisa saja tumpahan itu dibuang memang sengaja atau misalnya terjadi kecelakaan di selat Singapura Januari 2015, tumpahan minyak banyak, karawang perah bocor,” tuturnya.

“Ini baru satu aspek dari tumpahan minyak, gambarannya kira-kira seperti itu,” katanya.

Sementara itu, guna mengatasi masalah tumpahan minyak atau pencemaran lainnya, Widodo memandang perlu ada dua instrumen penting dalam yang menegakkan aturannya. Yakni instrumen keras dan instrumen lunak.

“Kita perlu ada instrumen keras, tentu harus dengan adanya teknologi yang aktif bagaimana mengendalikan pencemaran, soft-nya dengan regulasi, ini sebetulnya suatu kerja sama yang bagus antara KKP dan KLHK, KKP ini disini sebagai advokasi lingkungan lautnya, kedua, bahwa para organisme, nelayan dan masyarakat pesisir yang harus kita advokasi,” paparnya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

10 Target Indeks Kesehatan Laut

Ilustrasi kutipan singkat, laut
Ilustrasi kutipan singkat, laut. (Photo by Thomas Vimare on Unsplash)

Lebih lanjut, Widodo memaparkan ada 10 target atau goals yang masing-masing memiliki variabelnya sendiri.

Diantaranya, Food provision, Artisanal fishing Opportunity, natural products, carbon storage, coastal protection, tourism and recreation.

Selanjutnya, coastal livelihoods and economies, sense of place, clean waters, serta biodiversity.

“Tiap variabel satu goals ini bisa 2-3 variable, nanti harus dilihat indikator seperti apa, ancaman seperti apa, ketahanan seperti apa, ini suatu tantangan bagi era milenial sekarang,” katanya.

“Semua data dianalisis, menggunakan tools statistik., akan lebih bagus, dilakukan kontinyu, digunakan untuk analisis dan forecasting kedepan, tapi nanti di update,” tambahnya.

Hingga saat ini, ia mengatakan telah mengeluarkan pedoman untuk melakukan penilaian indeks kesehatan laut di indonesia. Hal itu dilakukan dengan kolaborasi bersama Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi.

“2019 kita bikin rancangan parameternya, 2020, kita sudah menerbitkan pedoman pengukuran indeks kesehatan laut indonesia,” katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya