Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga membantah Menteri BUMN Erick Thohir terlibat dalam bisnis PCR. Ia menyebut sejak menjadi menteri, Erick sudah tak lagi aktif dalam urusan bisnis.
“Bapak Erick Thohir sejak jadi menteri tidak aktif lagi urusan bisnis dan di urusan yayasan seperti itu. Jadi sangat jauh lah dari keterlibatan atau dikaitkan dengan pak Erick Thohir,” kata dia kepada wartawan, dikutip Rabu (3/11/2021).
Baca Juga
Nagita Slavina Dikritik Saltum Saat Dampingi Raffi Ahmad Temui Menteri Lihat Wajah Baru Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta
Timnas Indonesia yang Gagal di Piala AFF 2024 Awalnya Direncanakan untuk Pertahankan Medali Emas di SEA Games
Erick Thohir Kecewa, Timnas Indonesia Seharusnya Bisa Melindas Laos dan Filipina serta Lolos Semifinal Piala AFF 2024
Ia menegaskan bahwa pihak-pihak yang menyebut Menteri Erick terlibat dalam bisnis PCR perlu melihat lebih jelas.
Advertisement
“Apalagi dikatakan bisnis PCR, jauh sekali. Jadi jangan tendensius seperti itu, kita harus lebih clear melihat semua,” tambahnya.
Arya pun menyertakan data, yang menunjukkan jika tes PCR di Indonesia telah mencapai 28,4 juta di seluruh Indonesia.
Keterlibatan PT Genomik Solidaritas Indonesia yang dikaitkan dengan Menteri Erick disebut jauh lebih sedikit melakukan tes PCR.
“Sementara PT Genomik Solidaritas Indonesia atau GSI yang dikaitkan dengan bapak Erick itu tes PCR yang dilakukan sebanyak 700.000. Jadi bisa dikatakan hanya 2,5 persen dari total tes PCR yang sudah dilakukan di Indonesia,” terang Arya.
“Jadi 97,5 persen lainnya dilakukan pihak lain,” tambahnya.
Kebijakan PCR Bukan dari BUMN
Arya mengatakan bahwa ketentuan atau aturan mengenai PCR tidak pernah dikeluarkan oleh Kementerian BUMN.
“Ketentuan mengenai PCR tidak pernah dikeluarkan oleh KBUMN. Dan sejauh ini, pemerintah tidak pernah mengeluarkan kewajiban pelaksanaan tes PCR yang menunjuk lab tertentu kecuali tentunya yang sesuai standar yang ditentukan Kemenkes,” katanya.
Bahkan, ia menyebut, tanpa adanya tes PCR, hal itu bisa lebih menguntungkan perusahaan BUMN.
“Lagian kalau gak pakai PCR, lebih menguntungkan banyak BUMN, AP, ASDP, Garuda Indonesia, Citilink, hotel,” tukasnya.
Advertisement