Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, aset negara atau barang milik negara harus dikelola dengan benar. Alasannya, dari cara pengelolaan aset negara ini peradaban sebuah bangsa terlihat.
"Perlakuan suatu negara dalam mengelola aset menunjukkan karakter bangsa itu dan peradabannya. Maka ini sebetulnya upaya kita bersama untuk terus membangun karakter bangsa Indonesia dan peradaban bangsa Indonesia," kata Sri Mulyani dalam acara Apresiasi Pengelolaan Kekayaan Negara, Senin (15/11/2021).
Barang milik negara tidak datang begitu saja. Namun barang milik negara atau aset negara ini diperoleh melalui sebuah proses yang membutuhkan upaha keras. Bahkan tak jarang upaya mendapat aset ini membutuhkan berbagai pengorbanan.
Advertisement
"Mari kita lihat di dalam APBN kita yang sering dipahami oleh masyarakat kita. Di dalam menghadapi Covid-19 yang tidak hanya terjadi di indonesia namun terjadi di seluruh dunia peranan APBN keuangan negara menjadi sangat penting," kata Sri Mulyani.
Pemerintah mengeluarkan belanja di dalam rangka untuk menjaga masyarakat dari musibah pandemi Covid-19. Baik itu di bidang kesehatan, sosial maupun di bidang ekonomi untuk memulihkan ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, seluruh mewakili Kementerian atau Lembaga memiliki peranan yang luar biasa penting di dalam proses ini. Apalagi Kementerian atau Lembaga merasakan dampak Covid-19 yang luar biasa di bidang keuangan negara.
"Di masing-masing Kementerian lembaga umpamanya tahun 2020 lalu dan tahun 2021 ini kita melakukan beberapa kali perubahan dari anggaran di Kementerian Lembaga kita meminta refocusing tahun lalu. Bahkan banyak Kementerian lembaga kita meminta agar belanja di bidang belanja modal ditunda atau diperlambat karena dananya digunakan untuk penanganan Covid 19," jelas Sri Mulyani.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Refocusing
Sementara di tahun ini, Bendahara Negara itu juga kembali lagi melakukan beberapa refocusing. Contohnya ketika waktu Indonesia dihantam oleh varian Delta yang menyebabkan kenaikan jumlah penderita yang harus dirawat harus melakukan perubahan APBN yang sangat responsif, fleksibel, namun tetap akuntabel.
"Misalnya pada saat kita mendapatkan jumlah yang terkena covid melonjak hingga di atas 50.000, di mana jumlah jumlah bed yang digunakan di rumah sakit menjadi sangat penuh Wisma Atlet sudah mendekati 100 persen, maka kita membuka berbagai fasilitas-fasilitas negara untuk isolasi mandiri dan bahkan membangun rumah sakit darurat termasuk pondok-pondok haji yang dikonversi menjadi Rumah Sakit darurat," kata dia.
Dia mengatakan, seluruh upaya itu bisa dilakukan karena keuangan negara di dalam menghadapi musibah ini terus dilaksanakan atau dikelola secara fleksibel dan sangat responsif. Dan saya memahami sebagai dalam hal ini Bendahara Negara maka Bapak dan Ibu sekalian dari KL dipaksa juga untuk melakukan perubahan yang fleksibel responsif namun tetap akuntabel," pungkas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement