Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berencana menaikkan tarif dasar kereta komuter (KRL) menjadi Rp 5.000 dari semula Rp 3.000. Tarif tersebut hanya untuk 25 kilometer pertama. Sedangkan untuk per 10 kilometer selanjutnya tetap Rp 1.000.
Sebagian pengguna KRL merasa tidak masalah dengan kenaikan tarif KRL yang hanya Rp 2.000. Namun kenaikan tarif tersebut harus diiringi dengan pelayanan yang lebih optimal, seperti waktu tunggu kedatangan kereta.
Baca Juga
"Kalau naik Rp 2.000 tidak apa-apa asalkan ada perbaikan. Khususnya waktu tunggu kereta," kata salah satu pengguna KRL Yunita saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (12/5).
Advertisement
Warga Bekasi ini mengeluhkan waktu tunggu kedatangan kereta Bekasi-Kota yang cukup lama. Apalagi dalam penggunaan jalur lebih mengutamakan kereta jarak jauh. Sehingga menambah waktu tunggu lebih panjang.
"Kita harus gantian sama kereta jarak jauh, belum lagi di dalam gerbong yang berdesakan," kata dia.
Untuk itu, dia berharap kenaikan tarif KRL tersebut bisa memberikan layanan yang lebih baik. Minimal kata Yunita ad penambahan gerbong untuk kereta rute Bekasi-Kota atau sebaliknya.
"Kalau bisa tambah gerbong atau ditambah lagi keretanya," kata dia.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Keberatan
Hal yang sama juga diungkapkan Ema, warga Bogor yang bekerja di Jakarta. Ema mengaku tidak keberatan dengan kenaikan tarif dasar menjadi Rp 5.000. Hanya saja dia meminta agar waktu tunggu kereta bisa ditingkatkan.
"Tidak masalah (tarif dasar naik) asalkan layananya diperbaiki juga," kata Ema saat dihubungi merdeka.com.
Ema mengeluhkan antrean kereta api dari arah Bogor menuju Manggarai. Seringkali antrean kereta masuk stasiun transit tersebut mulai dari Stasiun Cawang. Padahal, saat ini Stasiun Manggarai sudah lebih luas.
"Waktu tiba kereta ke Manggarai ini masih harus nunggu lama. Antrean keretanya bisa dari Cawang dan ini harusnya bisa dikurangi untuk lama antrean kereta," kata dia.
Waktu tunggu ini kata dia membuatnya harus melakukan perjalanan yang lebih lama dari Stasiun Cilebut menuju Stasiun Gondangdia.
Â
Advertisement
Masih Terjangkau
Baik Yunita maupun Ema, keduanya sepakat tidak begitu keberatan dengan kenaikan tarif dasar KRL. Sebab, tarif tersebut sangat terjangkau untuk semua pengguna KRL dari berbagai kalangan. Apalagi, mayoritas pengguna KRL biasanya merupakan pekerja dari berbagai wilayah Jabodetabek.
"Kalau dari sisi kenaikan harga tidak apa-apa karena tarifnya dipukul rata dan penggunanya juga dari kalangan pekerja juga," kata Ema.
Meskipun mengalami kenaikan tarif menjadi Rp 5.000 namun masih tetap terjangkau dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi massal lainnya. Sehingga bisa menjadi alternatif moda transportasi berbagai kalangan.
"Tarifnya juga paling murah daripada naik bus transjakarta atau naik ojek online," kata Yunita.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com