Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti krisis keuangan yang akan terjadi menyusul kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Menanggapi hal itu, pengusaha cenderung optimistis Indonesia mampu melewati dampak tersebut.
Ketua Bidang Keuangan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira mengungkap akan ada dampak dari penetapan tersebut ke sejumlah negara termasuk Indonesia. Namun, dari sisi pengusaha, ia mengaku optimistis hal ini bisa dilewati.
Baca Juga
Ia berdasar pada kondisi fundamental Tanah Air yang dinilai cukup kuat. Ini bisa diartikan kenaikan suku bunga tak berpengaruh besar terhadap kondisi usaha di dalam negeri.
Advertisement
“Kalau The Fed menaikkan suku bunga itu atau automatically akan ada perputaran arus uang juga itu biasanya yang terjadi secara singular seperti itu (krisis keuangan), tapi saya optimistis ya dengan fundamental Indonesia yang terus membaik saat sekarang ini apalagi banyak sekali investasi yang long term planning dan produktif ya,” katanya kepada Liputan6.com, Rabu (8/6/2022).
Anggawira meyakini bank sentral Amerika Serikat tak akan langsung menaikkan suku bunga secara signifikan. Artinya, kenaikan suku bunga akan dilakukan secara bertahap. Meski, ia mengakui kemungkinan Bank Indonesia pun akan melakukan hal yang sama.
“Saya meyakini memang juga tidak akan secara langsung akan menaikkan suku bunga secara signifikan ya kalau memang biasa aja ya terhadap kenaikan suku bunga The Fed, Bank Sentral kita juga akan akan menaikkan suku bunga beberapa poin,” terangnya.
Kendati begitu, Anggawira berharap dalam mengambil kebijakan tersebut, pemerintah dan otoritas terkait mampu mengambil pilihan bijak.
“Harapan saya sih tetap dalam situasi sekarang ini,” kata dia.
Berdampak Langsung
Ia beralasan, jika Bank Indonesia melakukan penyesuaian kembali terhadap suku bunga, hal itu akan berdampak secara langsung kepada iklim usaha di dalam negeri. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang sedang didorong saat ini kemungkinan akan terhambat.
“Apalagi situasi pemulihan (ekonomi), Bank Indonesia dan dalam hal ini juga Otoritas Jasa Keuangan ya bisa memperhatikan acuan basis suku bunga hari ini juga sangat berpengaruh ya terhadap kepercayaan diri dari teman-teman pengusaha untuk mengembalikan bisnisnya seperti semula,” paparnya.
Advertisement
Wanti-Wanti Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dampak kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat membawa potensi krisis keuangan di berbagai belahan dunia. Dia menegaskan, potensi ini bahkan sudah terjadi pada masa lampau.
"Setiap kenaikan suku bunga naik di Amerika Serikat pasti terjadi krisis di berbagai dunia," ujar Sri Mulyani, Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Sri Mulyani mencontohkan, saat Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan sampai dengan 20 persen pada 1980, maka Brasil, Argentina dan Meksiko mengalami krisis keuangan. "Ketika interest rate naik, emerging seperti Brasil, Meksiko dan Argentina krisis keuangan," jelasnya.
Waspada
Kemudian, hal yang sama juga terjadi lagi ketika tahun 1990 di mana suku bunga naik menjadi 9,75 persen. Selanjutnya, pada 2007 suku bunga acuan negara Paman Sam juga naik sampai 5,25 persen bersamaan dengan krisis keuangan global.
"Sekarang kita harus hati-hati dengan tren suku bunga naik, potensi krisis keuangan di berbagai dunia mungkin akan terjadi," ujar Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, pertengahan tahun ini ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai bisa menjadi pemicu krisis. Beberapa di antaranya adalah perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat, pandemi Covid-19 serta perang Rusia-Ukraina.
"Situasi itu tidak berdiri sendiri dan akibat policy di dalam negeri, ketahanan dan global yang makin menekan," tandasnya.
Advertisement