Liputan6.com, Jakarta Dalam strategi bisnis, proses rebranding menjadi salah satu langkah penting yang harus dilakukan, ketika salah satu tujuannya ingin memperluas segmentasi pasar.
Rebranding dapat menawarkan stimulasi yang dibutuhkan bisnis dalam rangka menciptakan pertumbuhan baru di pasar yang terus berkembang. Dari segi proses bisnis, langkah perusahaan melakukan rebranding masuk ke dalam daur hidup produk (product life cycle).
Baca Juga
Berdasarkan Muzellec dan Lambkin dalam jurnal Corporate Rebranding: An Exploratory Review, rebranding bagi sebuah perusahaan berfungsi untuk merepresentasikan perubahan posisi brand di benak pemilik kepentingan dan sebagai identitas pembeda dengan pesaing.
Advertisement
Rebranding sendiri bukanlah merupakan hal yang baru di lingkungan bisnis. Banyak industri yang pernah memutuskan untuk melakukan rebranding sebagai strategi yang dipilih dalam mempertahankan keberadaan bisnis dan produknya, termasuk yang dilakukan Jago Coffee.
Tujuan rebranding yang dilakukan Jago Coffee adalah untuk memperluas pasar sehingga dapat lebih membidik kalangan penikmat kopi maupun non-kopi. Melalui rebranding ini pula, Jago Coffee berusaha masuk ke pangsa anak muda dengan memperkenalkan produknya hingga ke berbagai kota.
“Harapannya agar anak-anak muda yang senang ngopi dapat mencicipi menu khas yang diracik oleh Para Jagoan (sebutan barista Jago Coffee) sehingga bisa menyuguhkan cita rasa berbeda dibanding kopi lainnya,” jelas CEO dan Co-Founder Jago Coffee Yoshua Tanu.
Dalam rangka rebranding, Jago Coffee melakukan soft launching pada 4 Juli 2022. Soft launch ditandai dengan perubahan logo dan peluncuran menu baru di media sosial. Rebranding yang dilakukan tetap fokus pada core values, seperti delicious products, real hospitality, dan always nearby.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menteri Teten Masduki Ajak Komunitas Kopi Bikin Koperasi
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak pelaku rantai pasok kopi untuk membangun koperasi. Hal ini, guna memaksimalkan pemanfaatan kopi sebagai produk unggulan.
Hal ini disamoaikannya kepada komunitas kopi di Sumatera Barat. Ia memandang, kopi di daerah ini memiliki potensi pengembangan yang cukup baik.
"Salah satunya itu kopi Arabica Solok Minang ini sangat enak. Sumbar bisa jadi pemasok yang tinggi kopi ke pasar internasional karena permintaan pasti selalu tinggi ke Indonesia. Cupping score kopi solok di Padang ini bisa mencapai nilai 85 poin. Sudah pasti ini kopi enak. Kepada Pemprov, saya sarankan agar kopi arabika Solok Rajo ini dijadikan unggulan Sumatera Barat," ujar Menteri Teten Masduki mengutip keterangan resmi, Minggu (3/6/2022).
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumbar Hansastri, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumbar Nazwir, dan puluhan anak muda pelaku usaha kopi serta komunitas kopi di Sumbar.
Lebih lanjut, ia menyarankan, agar para petani kopi dilibatkan dalam rantai bisnis kopi. Termasuk jadi bagian dalam struktur kelembagaan koperasi.
Tujuannya agar pembiayaan dari perbankan maupun lembaga pembiayaan lain lebih mudah masuk. Sehingga industri kopi di Sumbar semakin bisa berkembang bahkan hingga di kancah global.
Ia menegaskan, secara nasional, pemerintah telah menetapkan agar tanah-tanah perhutanan sosial yang dipinjamkan ke petani juga ditanami oleh berbagai bibit produktif. Seperti sayur mayur maupun kopi.
Sebab menurut Menteri Teten, saat ini isu produksi kopi di Tanah Air adalah terkait produktivitas Indonesia yang masih rendah.
"Produktivitas lahan tanaman kopi kita baru 500-700 kilogram per hektare. Sementara Brazil dan Vietnam sudah sampai ratusan kilogram. Nah ini ada kaitannya dengan kualitas yang ditanam. Sebab di Sumatra Barat ini belum luas lahan kopinya, jadi mudah-mudahan bisa terus diperluas," kata Menteri Teten.
Advertisement
Pentingnya Koperasi
Sementara bicara soal bisnisnya secara kelembagaan, penting bagi petani kopi maupun pelaku usaha coffee shop juga bergabung dengan koperasi. Termasuk agar petani juga bergabung dalam rantai korporatisasi petani.
"Di Aceh sebagai contoh, kopi Arabica Gayo sudah memenuhi permintaan kopi Starbucks tanpa lewat eksportir di Amerika dan Eropa, tapi melalui Koperasi BQ Baburayyan. Ini contoh sukses yang bisa diadopsi koperasi kopi lainnya," ujar Menteri Teten.
Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah menambahkan, dalam membantu para pelaku usaha coffee shop dan petani dalam mendirikan koperasi, KemenKopUKM menyediakan layanan khusus melalui Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM yang ada di Sumbar.
"Di sana para pelaku usaha bisa mendapatkan pendampingan dan bimbingan sampai koperasi berhasil didirikan. Juga akan dibantu dalam mengakses pembiayaan ke lembaga keuangan. Terkait redesain PLUT KUMKM, kami juga berharap bisa membantu terwujudnya koperasi modern," ucap Azizah.