BI: Pertumbuhan Ekonomi RI 5,44 Persen, tapi Belum Pulih Benar

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti pertumbuhan ekonomi RI per kuartal II 2022 yang tumbuh 5,44 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2022, 12:10 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2022, 12:10 WIB
FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal II 2022 yang tumbuh 5,44 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Dia mensyukuri capaian tersebut, tapi menurutnya itu masih belum cukup.

"Alhamdulillah ekonomi kita bisa tumbuh sangat tinggi, 5,44 persen. Tapi ini belum pulih, karena rakyat baru mulai semego, baru (bisa) mulai makan enak setelah Ramadhan kemarin," ujar Perry dalam acara kick off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, Rabu (10/8/2022).

"Sebelumnya belum bisa makan enak karena Covid-19. Ini kalo Boso Jowonyo sudah sehat, sedang semego, sedang senang-senangnya makan, tapi belum pulih bener," sebut dia.

Pendapat itu diutarakannya lantaran kondisi global saat ini sedang tidak baik-baik saja. Meski tidak terkena imbas langsung, namun masyarakat Indonesia tetap kesulitan akibat kenaikan harga pangan dan energi.

Kondisi tersebut turut berdampak terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi, seperti yang sudah terjadi di berbagai negara besar dunia.

"Tapi Alhamdulillah, ekonomi kita tumbuh tinggi, 5,44 persen itu harus disyukuri. China tahun ini hanya tumbuh 3,3 persen. Negara-negara lain lebih rendah. Mari kita bersyukur 5,44 persen ini," kata Perry.

Perkara selanjutnya yang patut diwaspadai yakni inflasi. Adapun Indonesia mencatat tingkat inflasi 4,94 persen per Juli 2022. Lonjakan tertinggi disebabkan dengan adanya inflasi pangan.

"Yang paling tinggi inflasi ini, kita pecah kalau inflasi pangan, 10,47 persen. Mustinya inflasi pangan itu tidak boleh lebih dari 5 persen, paling tinggi 6 persen. Inflasi Pangan itu masalah perut, masalah rakyat, dan itu langsung ke sejahtera," tuturnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menuju Negara Maju di 2045, Pertumbuhan Ekonomi RI Wajib 6 Persen per Tahun

Pertumbuhan Ekonomi 2022 Akan Meningkat
Anak-anak dengan latar gedung bertingkat bermain di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indonesia di tahun 2045 memiliki target yaitu menjadi negara maju. Pada saat itu Indonesia genap berusia 100 tahun dan inilah menjadi generasi emas 2045.

Oleh karena itu ekonomi hijau sebagai bagian dari strategi transformasi ekonomi untuk mendorong Indonesia lepas dari middle income trap sebelum 2045.

Untuk mencapai target tersebut pertumbuhan ekonomi per tahun harus bisa mencapai 6 persen.

“Kita harus kerja extra dan itulah Pak Presiden (Joko Widodo) kita perlu melakukan rebound transformasi ekonomi yaitu ekonomi hijau,” Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam, Selasa (9/8).

Dia menjelaskan untuk rencana strategis transformasi ekonomi yaitu dengan sumber daya manusia berdaya saing, produktivitas sektor ekonomi, transformasi digital, integrasi ekonomi domestic pemindahan IKN, dan ekonomi hijau.

“Salah satu strategi transformasi ekonomi adalah melalui ekonomi hijau dengan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim,” terangnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Menuju Masa Depan Ekonomi Hijau

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Medrilzam menerangkan untuk menuju masa depan ekonomi hijau diperlukan peran pengukuran capaian ekonomi hijau. Indeks ekonomi hijau dapat digunakan untuk menilai interaksi sosial, ekonomi, lingkungan dalam lingkup ekonomi hijau dan mengidentifikasi potensi risiko dan peluang untuk merancang kebijakan ekonomi hijau yang lebih baik kedepannya.

“Ada 15 indikator yang kami gunakan untuk mengukur performa ekonomi hijau di Indonesia. Kita coba kembangkan indikator-indikator ini sudah digunakan oleh global dan kita saringkan kita ambil indikator yang tetap relevan sesuai di Indonesia,” ungkapnya.

Dari 15 indikator tersebut terpilih yang mewakili 3 pilar sustainable development yakni ekonomi, sosial dan lingkungan. Skor pilar dari tahun 2011-2020 untuk pilar sosial secara keseluruhan menunjukkan peningkatan selama 10 tahun terakhir.

Pilar ekonomi sebagian besar memiliki skor yang baik dengan intensitas energi menunjukan kinerja paling progresif selama 2011-2020.

“Pilar lingkungan meskipun tren di lima tahun awal kurang baik. Namun mulai tahun 2015 dan seterusnya performa menunjukkan tren yang meningkat terutama karena tingginya pertumbuhan bauran energi baru dan terbarukan dan sampah terkelola,” tuturnya. 

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal 5,5 Persen di Akhir 2022

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung bertingkat dan pemukiman padat penduduk di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara optimis di akhir tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di kisaran 5,2 persen hingga 5,5 persen. Mengingat pada kuartal I dan kuartal II tahun ini sudah bisa tumbuh 5,01 persen dan 5,44 persen.

"Kita bayangkan ekonomi kita 5,01 dan 5,44 dan di Q3 dan Q4 sekitar di atas 5 persen, jadi di akhir tahun bisa 5,2 persen sampai 5,5 persen," kata Suahasil dalam Talkshow bertajuk: Laju Pemulihan RI Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global, Jakarta, Selasa, (9/8/2022).

Suahasil menerangkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 pada bulan April, Mei dan Juni ditopang belanja konsumsi rumah tangga yang sangat tinggi. Mengingat ada momentum bulan puasa, lebaran dan libur panjang.

"Saya senang sekali angka konsumsi kita 5,51 persen, ini di atas konsumsi tahun lalu di kuartal II yang tahun lalu juga tinggi," kata dia.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, tahun 2021 di kuartal II mampu tumbuh 7,07 persen dari baseline -5,39 persen di tahun 2020. Kemudian tahun ini pertumbuhan ekonomi kuartal II naik 5,44 persen dari base line 7,07 persen.

"Konsumsi rumah tangga kontribusinya 56 persen dari PDB. Kalau masyarakat tidak konsumsi, PDB kita anjlok. Jadi kalau dilihat, konsumsi yang tinggi artinya belanja sudah terbuka," kata dia.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya