Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) pertama menampilkan uang bergambar pahlawan dalam Seri Kebudayaan tahun 1952. Siapakah sosok pahlawan yang ditampilkan dalam uang terbitan pertama Bank Indonesia itu?
Dilansir dari laman resmi Bank Indonesia, Minggu (4/12/2022),pahlawan tersebut adalah Kartini dan Diponegoro sebagai pahlawan yang wajahnya tercetak di uang pertama Bank Indonesia.
Baca Juga
Wajah Kartini tercetak dalam uang kertas pecahan Rp 5 pada 1952. Sedangkan Pangeran Diponegoro dalam uang Rp 100.
Advertisement
Bagi Indonesia sebagai negara yang kala itu masih belia dan kerap menghadapi berbagai kegentingan, kemunculan sosok pahlawan dalam uang menjadi hal yang amat penting.
Sebab, di sana tersimpan spirit untuk memperkuat tenun kebangsaan dan persatuan. Lewat sosok pahlawan, ada keteladan yang menjadi daya rekat anak bangsa.
Kedua tokoh tersebut berjasa bagi perjuangan bangsa Indonesia dan dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Untuk diketahui, di setiap uang rupiah, selain sebagai alat pembayaran, tersemat makna dan narasi kebangsaan.
Gambar-gambar yang disajikan mulai dari sosok pahlawan, kebudayaan, hingga flora dan fauna tidak saja merupakan hasil karya seni rupa adiluhung dan estetis, tetapi juga merepresentasikan berbagai simbol dan identitas keindonesiaan.
Hal itu pula yang telah menghiasi berbagai uang rupiah terbitan Bank Indonesia.
Raden Ajeng Kartini
Siapa yang tak kenal Kartini. Pahlawan yang lahir pada 21 April 1879 ini dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan di Indonesia.
Dijadikannya RA Kartini sebagai Pahlawan Nasional bukan tanpa alasan. Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan di Indonesia.
Di masanya, Kartini muncul dengan semangat baru: semangat kebebasan, kesetaraan, modernisasi, dan anti-feodalisme. Pikiran-pikirannya yang ia tuliskan lewat surat-surat, mencoba mengimajinasikan dan mendefinisikan apa yang kemudian menjadi Indonesia.
Kartini memang tidak berada di garis depan mengangkat senjata seperti Cut Nyak Dien dan Laksamana Malahayati melawan penjajah. Ia hanya pembuka jalan, pencetus cara berpikir baru.
Kemunculan wajah Kartini di uang pertama Bank Indonesia sebenarnya baru resmi muncul pada 1953. Kala itu, Bank Indonesia sedang mempersiapkan kelahirannya setelah menasionalisasi De Javasche Bank sejak 1951.
Lantaran undang-undang tentang Bank Indonesia baru lahir pada 1953, maka uang kertas emisi 1952 tersebut baru resmi diedarkan pada 2 Juli 1953.
Di bagian utama uang tersebut terdapat gambar Kartini dengan ukiran stilasi dua burung dan motif kaluak paku yang mengelilingi bagian tengah, menyerupai bingkai. Sedangkan, di bagian belakang terdapat gambar pohon kalpataru atau pohon kehidupan yang diapit oleh stilisasi dua ekor ular dan ornamen garis berbentuk seperti kipas terkembang.
Menurut laman resmi Bank Indonesia, masa penggunaannya sekitar sembilan tahun karena ditarik oleh Bank Indonesia pada 1961. Uang Kartini ini kembali muncul sebagai uang bernominal Rp 10.000 tahun emisi 1985.
Advertisement
Diponegoro
Putra dari Sultan Hamengkubuwono III ini lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785. Dialah yang memimpin perang terbesar melawan Belanda di tanah Jawa pada (1825-1830).
Perang ini mendapat dukungan penuh berbagai kalangan: dari priyayi hingga kyai, dari kerabat hingga rakyat. Sejak itu, Diponegoro dianggap musuh terbesar kolonial Belanda yang sulit ditaklukkan sepanjang abad ke-19.
Sepeninggalnya Diponegoro pada 1855, semangat juang bangsa Indonesia terus berlanjut. Kisah patriotisme Sang Pangeran itu jadi bahan bakar para pemuda pribumi dalam mengobarkan perlawanan.
Potret atau lukisan Diponegoro dipajang di tempat-tempat pertemuan aktivis pergerakan, juga dijadikan poster dalam kongres Muhammadiyah ke-20 tahun 1931. 'Babad Diponegoro' yang ditulis tangan oleh Sang Pangeran bahkan kini diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia pada 2013.
Pangeran Diponegoro diabadikan dalam uang rupiah terbitan pertama Bank Indonesia pada uang kertas Rp 100. Bagian depan uang itu dihiasi dengan gambar Diponegoro serta ukiran burung Garuda sebagai hewan mitologi Hindu yang menjadi kendaraan Dewa Whisnu. Kemudian bagian belakang terdapat corak burung Garuda yang saling berhadapan.
Di tahun 1952, dikeluarkan koin Diponegoro nominal 50 sen. Nominal 50 sen kembali dikeluarkan pada 1954, 1955, dan 1957. Bank Indonesia kemudian menerbitkan uang kertas emisi Diponegoro nominal Rp 1.000 di tahun 1975.